"Aing karak meunang lima belas rebu tah, geus tilu rit ieu teh... gelo anjir.. penumpang meni hese hese pisan poe ieu", Supir angkot itu memulai pembicaraannya dengan salah satu temannya yang baru menaiki mobilnya. "Geus biasa, matakna maneh kudu gesit mun neang penumpang teh" Balas temannya tersebut.
Supir tersebut semakin tancap gas, dan semakin pula banyak menginjak rem mendadak karena pada saat itu jalanan agak ramai dan padat. Aku yang menjadi salah satu penumpangnya hanya bisa tersenyum kecut melihat dan mendengar mereka berdua bercakap-cakap di bangku depan tersebut.
Seorang ibu bahkan sempat mengeluarkan kata-kata kesalnya sambil memperingatkan si supir tersebut. "Jang, pelan-pelan kalo bawa penumpang teh, didieu teh jalma, lain barang." Mendengar perkataan ibu yang separuh baya tersebut, supir tersebut bukannya memperlambat tancapan gasnya, tetapi malah mengatakan, "atuh da kumaha deui bu, saya mah kejar setoran, teu cukup keur meuli beas ge."
Hmm... Mendengar percakapan antara supir, teman supir, dan ibu separuh baya tersebut, mungkin cukup beralasan apabila si supir tersebut berkelakuan seperti itu. Aku pun hanya bisa merenungi diri sendiri. Apabila pekerjaan supir angkot itu, aku yang menjalankannya. Mungkinkah aku seperti itu?
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI