Mohon tunggu...
Lela NUrhalimah
Lela NUrhalimah Mohon Tunggu... -

dari sedikit ketidak tahuan akan berbuah sebuah pengetahuan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tradisi Unik Jawa Tengah: Tawuran Sego atau Perang Nasi

10 Oktober 2016   15:05 Diperbarui: 10 Oktober 2016   15:44 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

TAWURAN. Pasti jika kita mendenar kata ituselalu identik dengan kekerasan, dan sangat menakutkan. Tapi TAWURAN yang satuini berbeda!. Tawuran kali ini merupakan sebuah tradisi warga desa di wilayahJawa Tengah. Namanya Tawuran Sego atau Perang Nasi.

Tawuran Sego atau Perang Nasi ini merupakansebuah tradisi turun temurun yang dilakukan warga Desa kawasan Jawa Tengah.Tradisi ini dilakukan untuk mengungkapkan rasa syukur atas melimpahnya hasilpanen dan biasanya bertepatan juga pada hari besar penanggalan tahun jawa. Tradisiyang di lakukan setelah masa panen tiba ini dilangsungkan di tanah lapang yangberada di desa masing-masing yang biasanya berdekatan dengan Punden keramattokoh pendiri desa. Punden tersebut merupakan sebuah gundukan keramat ataumakam keramat dari tokoh pendiri desa terdahulu yang di hormati oleh wargasetempat. Mengawali ritual ini, warga desa berbondong-bondong menuju tempatdimana ritual akan dilaksanakan dengan membawa penganan nasi serta laukpauknya. Penganan yang akan digunakan untuk ritual perang nasi ini dibawa olehwarga sudah terbungkus dengan daun pisang atau daun jati. Biasanya nasi yangdibaa dibareni dengan lauk pauk seperti ikan, tahu, dan tempe sebaai syaratberkah rezeki yang telah diberikan oleh Tuhan.

Namun, sebelum ritual tawuran sego atau perangnasi ini dimulai, terlebih dahulu dilakukan ritual sedekah bumi. Dimana ritualtersebut, semua warga yang sudah membawa penganan ritual di wajubkan untuk mengumpulkan penganan tersebut untukdijadikan gunungan sebanyak 7 gunungan. Nasi yang sudah membentuk 7 gununganitu dikelilingin oleh semua warga desa untuk bersama-sama memanjatkan doakepada Tuhan. Semua warga yang hadir memanjatkan doa untuk upacara ritual agar apayang mereka lakukan ini dapat diberi berkah dan kelancaran lebih di harikemudian bagi seluruh warga desa. Setelah ritual sedekah bumi atau berdoabersama dilakukan, barulah pesta lempar melempar nasi dilakukan. Peserta perangnasi iini di ikuti oleh seluruh kalangan masyarakat desa, mulai dari orang tua,dewasa, remaja, hingga anak-anak. Ritual tawuran sego ini dilakukan dengan hatigembira, tidak untuk tawuran kekerasan pada umumnya. Seluruh warga desa salinglempar nasi yang telah dibungkus sebelumnya kesegala arah. Tah heran jikasiapapun yang ada dalam ritual tersebut bisa jadi korban lemparan. Semuadilakukan dengan penuh suka cita tanpa ada rasa dendam. 

Saling lempar kesana kemari hingga tertawa terbahak-bahak meskipun badan sudah berlumuran nasi putih. Tradisi ini meman menjadi ritual sejak nenek moyang. Konon, tradisiini pernah tidak dijalankan warga setempat. Namun, bencana pun datang. Wargatidak bisa panen alias gagal panen. Dengan adanya fenomena tersebut, warga puntetap melaksanakan tradisi para nenek moyang mereka untuk melakukan tawur nasitersebut. .

Ritual perang nasi ini b aru akan selesai jikaungan nasi yan dikumpulkan sudah habis sebagai alat perang. Namun, nasi-nasiyang tidak tertangkap dan jatuh di jalanan akan diambil oleh para warga untukpakan ternak. Ritual ini tidak hanya sebatas "perang nasi" , biasanyadibarengi dengan pertunjukan ketoprak yang membuat acara semakin semarak. 

Tradisi tawuran sego ini adalah suatukepercayaan yang dianut oleh suatu masyarakat tertentu, dimana ritual melemparnasi ini merupakan simbol rasa syukur masyarakat atas berkat dan rahmat yang diberikan oleh Tuhan. Meskipun tekhnologi dan kehidupan saat ini sudah modern,namun tradisi yang di anut oleh warga tidak tergerus oleh jaman. Ini lahmenjadikan salah satu cara pelestarian sebuah tradisi nenek moyang untuk tetapada ditengah-tengah medernisasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun