Mohon tunggu...
Lelaki Budiman
Lelaki Budiman Mohon Tunggu... -

Penulis buku Percakapan Diam-diam\r\nPercikan ide saya berloncatan di twitter @lelakibudiman\r\n\r\n

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Solilokui #1

27 Oktober 2010   16:46 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:02 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

(1)

Aku berbincang dengan diri sendiri, lewat percakapan hati

mencari jawaban atas berbagai pertanyaan yang berkelindan.

(2)

Selama ini saya bertanya, dimanakah Tuhan sebenarnya berdiam

Ada kala kutemukan Tuhan di tengah keramaian, atau di kesunyian

(3)

Kadang aku melihat Tuhan di tengah keramaian pasar.

Kadang dalam riuh jalanan. Tersenyum, di antara kemelaratan.

(4)

Lain waktu, aku melihat Tuhan ada di tengah kesunyian malam

Rumah ibadah yang telah sepi, bahkan dalam bias lampu merkuri.

(5)

Terkadang aku kehilangan Tuhan. Ku cari di pasar, di jalanan

Tak jua kutemukan. Hingga kesepian malam. Kemana Tuhan?

(6)

Hingga, tiba-tiba dari dadaku, dari hatiku. Ada panggilan.

Semacam ketukan pintu. Aku melihat ke dalam hatiku. Ada Tuhan disana.

(7)

Ternyata Tuhan selama ini berdiam, di hati. Tanpa pernah kusadari.

Ia sabar menunggu kita. Menyadari keberadaan-Nya dalam sadar.

(8)

Dalam kebesaran-Nya, Ia sabar. Diam dalam sempit hati.

Namun sering kita abai. Kita sadar, hati dihuni orang tecinta.

(9)

Namun tak pernah sadar, ada sang Maha Besar. Ada sang Maha Cinta.

Di sana, di hati kita. Kerinduan kita pada-Nya tak pernah teraba

(10)

Ya Tuhan sang Maha Cinta, ajarkanku makna cinta. Ya Tuhan sang Maha Rindu.

Sadarkanku makna rindu. Inilah aku, kekasih yang lama abai, pada-Mu.

rumahhijau: 22-23 Oktober 2010: suatu malam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun