Mohon tunggu...
Lekat Kaulan
Lekat Kaulan Mohon Tunggu... Administrasi - ASN, Internal Auditor, Traveller, Pengamat Perpolitikan

Pemula Entrepreneur, Sosialis, Adventurer dan Mencoba mengamati Politik Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Pandangan Seorang Muslim Biasa

21 Agustus 2020   22:25 Diperbarui: 21 Agustus 2020   22:35 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam menentukan seseorang untuk menjadi Imam Sholat, biasanya Masyarakat Muslim yang ada di Indonesia akan memilih seseorang berdasarkan umurnya. Seseorang yang dianggap paling senior pasti akan mendapatkan Tawaran pertama untuk mengimami sholat. Walaupun hal tersebut tidak sepenuhnya benar, karena berdasarkan hadits yang diriwayatkan Muslim :"Orang yang berhak mengimami manusia ialah orang yang paling tahu (qari) tentang kitabullah. Jika bacaan mereka sama, maka siapa yang paling tahu tentang sunah. Jika pengetahuan mereka terhadap sunah sama saja, maka siapa di antara mereka yang paling dulu hijrah. Jika hijrah mereka sama, maka siapa di antara mereka yang paling tua usianya".

Setelah hampir 15 tahun merantau di Pulau Jawa dan Sulawesi, saya baru menyadari betapa pentingnya pandangan tersebut. Berdasarkan pengalaman pribadi, saya sangat senang jika seseorang dipilih untuk menjadi Imam berdasarkan umurnya. Kenapa tidak yang muda? Padahal, seseorang yang masih muda sudah pasti masih segar hapalannya. Sedangkan yang tua kan sering lupa! Harap dimaklumi saja kalo sudah Faktor U alias Umur.

Jadi, dari pengalaman saya, tingkat keikhlasan diri jika Sholat dipimpin oleh Imam yang masih muda tidak setinggi jika dibandingkan dengan sholat yang dipimpin oleh yang lebih tua. Apalagi yang memimpin Sholat tersebut merupakan anak Muda yang baru lulus dari Pesantren. Yaaaaaahhh. Sebelum sholat ataupun mendengarkan ceramah saja, saya sudah menghembuskan napas yang Panjang.

Kenapa hal tersbut bisa terjadi? Karena biasanya jika seseorang yang mengimami sholat merupakan anak muda apalagi baru lulus dari Pesantren, pasti akan sering membawakan ayat yang Panjang-panjang. Jika mereka menjadi penceramah, untuk menyampaikan kalimat pembuka saja butuh waktu beberapa menit. Hal tersebut dikarenakan mereka sangat hati-hati sekali dalam membacakan ayat Al Qur'an. Saking hati-hatinya, malah terkesan bertele-tele. Atau bisa saja Anak Muda tersebut baru melewati Tahap Pertama dalam menuntut Ilmu seperti yang dikatakan oleh salah satu khulafaur Rasyidin yaitu Umar Bin Khattab. "Jika seorang memasuki tahapan pertama, ia akan sombong. Jika ia memasuki tahapan kedua ia akan tawadhu'. Dan jika ia memasuki tahapan ketiga ia akan merasa dirinya tidak ada apa-apanya"

Coba bayangkan jika makmum atau jamaahnya itu boleh dibilang tingkat keimanannya masih rendah (Seperti saya sendiri maksudnya). Bisa jadi hal tersebut akan membuat orang-orang semakin malas untuk mendatangi masjid.

Berbeda dengan Imam atau penceramah yang lebih tua. Biasanya mereka akan melihat situasi jamaahnya terlebih dahulu. Jika jamaah atau makmumnya terdiri atas masyarakat umum, biasanya bacaannya tidak terlalu Panjang. Kalimat pembuka pun tidak bertele-tele. Bisa jadi juga karena Faktor Umur tadi, mereka tidak sanggup lagi jika harus berdiri lama-lama. Atau bisa juga karena pengalaman mereka selama ini, makanya untuk beberapa kasus tertentu mereka menyesuaikan dirinya terhadap audiens.

Jadi, sebagai Muslim yang tingkat Keimanannya masih rendah dan Manusia biasa yang lebih banyak memikirkan dunia, serta orang yang masih sedikit peduli terhadap agamanya, saya sarankan kepada beberapa pengurus Masjid. Jika memilih seseorang untuk menjadi Imam, sebaiknya Pilih seseorang yang memiliki Ilmu dan yang lebih tua. Kalaupun memilih anak Muda sebagai Imam atau Penceramah, sebaiknya untuk Kalangan tertentu atau ruang lingkup yang lebih kecil saja.

Jangan sampai kita salah pilih sehingga membuat orang-orang semakin malas untuk mendatangi masjid. Karena diluar sana masih banyak juga Saudara-saudara kita yang tingkat keimanannya belum setinggi anda.

Catatan:
Ini merupakan Pandangan Pribadi. Tujuan saya bukanlah untuk menghalangi anak muda menjadi seorang Imam atau Penceramah, akan tetapi lebih memperhatikan situasi dan kondisi. Anak Muda juga harus diberikan kesempatan untuk tampil agar semakin banyak pengalamannya. Suatu saat, anak muda juga akan menjadi tua. Jika tidak diberikan kesempatan, kapan mereka bisa mengembangkan diri?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun