Mohon tunggu...
Lejar Pribadi
Lejar Pribadi Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Bangunlah perpustakaan pribadi di rumah kita. Biarlah anak-anak kita menjadi gemar membaca.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kisah Keluarga Besar

28 Maret 2012   00:44 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:23 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Kasus suap-menyuap tengah melanda Keluarga Besar. Si Kantong Besar telah ditahan dan pemeriksaan terus berlanjut hingga menyeret anggota keluarga yang lain. Tidak tahu kenapa, kasus si Kantong Besar bisa menyeret si Dada Besar dan si Tangan Kanan Besar. Si Dada Besar telah memberikan kesaksiannya di pengadilan, akan tetapi kesaksiannya dianggap suatu kebohongan besar.

Demikian juga dengan si Tangan Kanan Besar. Ia bahkan memberikan statement untuk memotong tangan kanannya kalau ternyata benar ia terlibat. “Kalau memang saya ketahuan mencuri, potong tangan kanan saya.”

Yang paling sering bicara di media adalah Si Mulut Besar. Si Mulut Besar selalu mengatakan bahwa Keluarga Besarnya selalu menjunjung tinggi dan menghormati hukum yang berlaku.

Dalam sebuah rapat yang dihadiri seluruh anggota Keluarga Besar, Si Tongkat Besar memberikan usulan, “Bagaimana kalau kita mengangkat isu anti kelompok kekerasan saja? Kan, biasanya kelompok Putih selalu reaktif kalau ada yang kontra dengan mereka?”

“Oh, ide cerdas itu!”

“Ah, gak juga. Ini skenario lama, kita kan juga sudah paham.”

Satu minggu berlalu, ternyata reaksi masyarakat tidak seperti dahulu. Masyarakat sekarang lebih santai menanggapi isu ini. Media juga tidak terlalu mengangkat isu ini. Maka terjadi pertemuan kembali.

“Bagaimana ini, kok tidak seperti yang kita inginkan?”

“Ah ya sudah, saya ajukan alternatif kedua. Bagaimana kalau isu terorisme?”

“Ah, tidak. Itu untuk isu yang lain saja. Apalagi skenario pertama sudah menunjuk kelompok Putih, tapi tidak berhasil.”

“Kalau begitu apa ya?”

“Ya, yang masih satu skenario dengan yang pertama, anti kekerasan saja. Tapi kita membidik kelompok Hitam saja. Pasti mereka lebih reaktif dibanding kelompok Putih.”

“Wah, skenario yang cantik. Saya setuju.”

Satu minggu berlalu. Pimpinan kelompok Hitam sudah ditangkap dengan tuduhan kriminal. Ditunggu-tunggu, tak ada reaksi seperti yang diinginkan. Sementara pengadilan si Kantong Besar terus berjalan. Bahkan pemberitaan media semakin santer.

Pertemuan pun digelar kembali. Dan Si Kumis Besar bilang, “Bagaimana kalau kita menggunakan kisruh di FGN (Federasi Gundu Nasional) untuk mengalihkan isu?”

“Wah itu bisa juga.”

“Skenarionya bagaimana?”

“Bikin kongres dalam kongres saja kan cukup heboh!” kata si Kumis Besar.

“Lah, kalau tidak mau?”

“Gampang! Ntar dibilangin nggak dapat uang anggaran saja kan sudah klepek-klepek. Hehehe...”

“Ya sudah, mari dicoba dulu.”

Seminggu berlalu. Kongres FBN berlalu tanpa kisruh apapun. Ah, lagi-lagi gagal. Sungguh menyebalkan.

Mau tidak mau, akhirnya Keluarga Besar mengadakan rapat darurat.

“Bagaimana ini, kok semua skenario masih mentah?”

Semua akhirnya ikut merumuskan sekiranya ada skenario lain yang lebih efektif meredam isu kasus di pengadilan.

Si Tungku Besar angkat bicara, “Bagaimana kalau kita angkat isu menaikkan harga kayu bakar?”

Semua yang hadir terkejut.

“Gila, kamu!”

“Benar, ini usul yang tidak populis. Bisa-bisa citra keluarga besar kita menjadi buruk.”

Si Tungku Besar kembali bicara, “Menurut kalian, lebih merusak citra keluarga kita yang mana : kasus si Kantong Besar atau isu menaikkan harga kayu bakar?”

Semua yang hadir berpikir. Dan akhirnya menyetujui usulan ini dengan berat hati.

“Lalu kapan akan diberlakukan?”

“Bulan depan. April Mop saja (1 April).”

“Maksudnya?”

“Dalam prediksiku, nanti banyak yang demo anarki menolak kenaikan harga kayu bakar. Nah, nanti lewat parlemen kita gagalkan kenaikan harga ini. Nanti kita beralasan, kalau hal ini hanya April Mop semata.”

“Wah, ide yang brilian. Kita jadi selamat semuanya. Kasus si Kantong Besar selamat, masalah kenaikan harga kayu bakar juga selamat. Ya, Keluarga Besar kita akhirnya selamat juga.”

Semua yang hadir pun tepuk tangan.

Sudah hampir tiga minggu ini isu kenaikan harga kayu bakar merebak, mengalahkan kasus si Kantong Besar. Masyarakat sepertinya terlena dengan isu kenaikan harga kayu bakar. Demo ada dimana-mana. Pemberitaan media juga sangat gencar. Lebih gencar dari pemberitaan si Kantong Besar. Tidak tahu juga, bisa jadi pemberitaan media juga masuk ke dalam skenario Keluarga Besar. Masyarakat tak pernah tahu. [-26-03-20-12-19-29-]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun