Beberapa saat lalu sekolah kami melaksanakan simulasi evakuasi bencana kebakaran. Kami menyadari bahwa setiap bencana kadang bisa tak terduga datangnya, dan latihan evakuasi ini diberikan agar para siswa, guru, dan karyawan memiliki bekal yang cukup untuk menghadapi bencana jika sampai terjadi suatu saat nanti.
Mengenali Tanda
Sebelumnya siswa tidak diberitahu mengenai adanya simulasi. Hanya beberapa hari sebelumnya di kelas-kelas para guru memberi pengarahan tentang apa yang harus dilakukan para siswa jika mendengar pengumuman bencana kebakaran dari sentral dan memberi pengenalan tentang dua jenis sirine bahaya. Dua jenis sirine berbahaya yang harus dikenali adalah (1) sirine putus-putus yang berarti siaga, dan (2) bunyi sirine panjang yang berarti saatnya evakuasi.
Saat evakuasi, siswa dan seluruh anggota sekolah wajib berjalan menyusuri jalur evakuasi berwarna hijau untuk kemudian berkumpul di ‘Assembly Point’ yang sudah ditentukan sebelumnya. Adapun jalur evakuasi dari lantai 3 menuju lantai dasar sudah terpasang jelas di setiap lorong kelas dan lobby.
Hari ‘H’
‘Pengumuman, telah terjadi kebakaran di lab komputer. Para siswa dan guru harap mempersiapkan diri!’ Demikian bunyi pengumuman dari sentral yang mengabarkan telah terjadi kebakaran di salah satu ruangan. Proses belajar mengajar sempat berhenti sejenak dan siswa serta para guru mulai waspada mendengar sirine yang akan dibunyikan. Tepat saat sirine berbunyi panjang, para guru membimbing siswanya untuk meninggalkan kelas. Dengan tertib para siswa berjalan keluar berdua-dua. Berjalan dengan tenang tapi cepat melangkah menuruni tangga. Siswa belajar untuk mematuhi rambu berjalan di jalur sebelah kanan, sebab jalur sebelah kiri diperuntukkan bagi tenaga medis atau darurat bencana untuk membawa mereka yang terluka.
Setelah semua berkumpul di titik lokasi evakuasi, setiap guru mendaftar jumlah siswa dalam rombongan barisannya. Jika ada yang kurang, guru pembimbing wajib melaporkan pada petugas 'Deputi' yang bertanggungjawab di lapangan.
Skenario Bencana
Yang menarik, seluruh siswa tak mengetahui bahwa dalam simulasi ini telah disusun beberapa skenario yang mendebarkan. Ada beberapa siswa yang dikabarkan hilang dan pingsan, juga seorang guru yang tertinggal di sebuah ruangan. Setelah dilaporkan pada ‘Deputi’, maka beberapa petugas ‘Warden’ bergegas memasuki area sekolah kembali dan mencari mereka yang hilang hingga ditemukan.
Saat ‘Warden’ dan petugas UKS pada akhirnya berhasil membawa para korban untuk berkumpul bersama di Assembly Point, tepuk tangan para siswa terdengar membahana di udara.
Utamakan Jiwa
Melalui latihan evakuasi ini setiap kami bisa memahami satu hal bahwa bencana kadang tak pernah dapat diduga kapan datangnya dan setiap usaha evakuasi bertujuan untuk menyelamatkan jiwa, sehingga para siswa dan seluruh penghuni sekolah dibekali pengetahuan yang cukup bagaimana harus bertindak untuk tetap tidak panik saat menghadapi bencana. Satu lagi, melalui latihan ini para siswa diajak untuk belajar tidak bersikap egois dan mementingkan diri sendiri, namun sebaliknya memiliki hati yang peduli pada teman, guru, dan lingkungan di sekitarnya.
.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H