Mohon tunggu...
Find Leilla
Find Leilla Mohon Tunggu... Administrasi - librarian

seperti koinobori yang dihembuskan angin

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Facing My Giants

31 Mei 2016   15:49 Diperbarui: 7 Agustus 2021   13:27 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Doa, ini di atas segalanya

‘Berdoalah : Jadilah kehendakMu, bukan kehendakku,’ ujar kakak saya di ujung telepon. Betapa saya seperti terlempar ke planet lain seketika. Biasanya saat menghadapi persoalan yang sedemikian beratnya, doa saya justru dipenuhi dengan harapan-harapan saya pribadi. Betapa ingin saya mengakhiri masalah menurut cara saya, bukan cara yang Di Atas Sana. Alih-alih meminta ini itu, dalam sujud saya pasrah berkata, ‘Jadilah kehendakMu, Tuhan. Bukan kehendakku.’ Dalam kepasrahan ini saya mulai bisa melihat permasalahan secara jernih. Bahwa sedahsyat apapun permasalahan yang kita hadapi, jika kita percaya bahwa segala sesuatu untuk kebaikan kita, maka Dia Yang Di Atas Sana akan bertindak yang terbaik untuk kita. Percaya atau tidak, justru dalam kepasrahan ini saya lebih bisa menerima apabila jawaban doa saya adalah ‘Tidak’ alias ditolak. Percayalah bahwa seburuk apapun keadaan, segala sesuatu pasti ada yang dapat ditarik sebagai pelajaran.

Karma(?)

Yang namanya ‘karma’ tak pernah terlintas dalam benak saya. Namun satu ketika saat terjebak di tengah hujan banjir dan diberi pertolongan oleh seorang tukang becak, saya jadi teringat kata-kata ibu, ‘Makanya selalu ingat berbuat baik, supaya saat dalam keadaan tersulit sekalipun tetap ada seseorang yang datang dan memberi pertolongan. Meski cuma sebagai penunjuk jalan.’ Tabur tuai? Mungkin iya. Meski tak selalu demikian adanya. Namun satu hal yang bisa saya pelajari bahwa untuk berbuat kebaikan tak perlu menunggu ada banyak keberuntungan. Saling bertolong-tolongan sudah menjadi kewajiban. Menangis dengan orang yang menangis memiliki pengertian bahwa kita harus peduli kepada sesama. Bukan berbuat kebaikan untuk menuai kebaikan pula. Sebaliknya, selama masih ada waktu berbuat baik marilah kita berbuat baik. Itu saja.

Saat menulis ini bukan berarti saya sedang berada dalam kondisi sempurna. Tidak. Saat menulis ini saya berusaha mengingatkan diri sendiri bahwa seburuk apapun masalah tak akan bisa menenggelamkan saya. Semoga.

Salam Kompasiana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun