Mohon tunggu...
Find Leilla
Find Leilla Mohon Tunggu... Administrasi - librarian

seperti koinobori yang dihembuskan angin

Selanjutnya

Tutup

Catatan Artikel Utama

Secuil dari Acara Kompasiana Nangkring Surabaya

28 Maret 2015   21:31 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:51 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_406087" align="alignnone" width="620" caption="Kompasiana Nangkring bareng Bank Indonesia di Surabaya (Dok. Kompasiana)"][/caption]

Pagi tadi bertempat di gedung pertemuan Bank Indonesia di Jalan Pahlawan, Surabaya, dilangsungkan acara Kompasiana Nangkring ngobrolin soal Jelajah Non Tunai bersama Bank Indonesia. Acara yang dikemas sebagai temu blogger ini menurut Mas Budi, perwakilan Bank Indonesia, diharapkan dapat menggugah para blogger khususnya Kompasianer untuk dapat mengangkat isu gerakan non tunai dalam tulisan-tulisan mereka. Oleh karena tak mudah merubah kultur masyarakat dari kebiasaan pembayaran tunai menjadi non tunai, maka sosialisasi gerakan ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman masyarakat yang diketahui di beberapa wilayah Indonesia masih sangat rendah.

Ada banyak alasan mengapa kelak di masa mendatang gerakan non tunai ini harus direalisasikan, diantaranya adalah mengurangi kerugian dari penerimaan uang palsu. Bisa dibayangkan jika bertransaksi tunai dengan nilai nominal diatas 1 juta, misalnya, bisa jadi diantara banyak rupiah itu terselip upal yang nantinya berimbas kerugian buat kita juga. Itu satu. Yang menarik, untuk saya yang masuk kategori emak-emak ‘endel,’ kadang sering tak mau menerima uang yang sudah kumal bentuknya. Belagak higienis (padahal alasan saya menolak menerima uang kumal adalah karena kondisi uang yang lecek dan jelek membuat dompet saya jadi nggak cantik dan bau). Halah. Nah, buat mereka yang suka males menerima uang jelek dan kumal macem saya, satu cara untuk bertransaksi adalah dengan jalan non tunai saja. Aman, elegan, dan bebas bau. Dan masih banyak lagi keuntungan dari bertransaksi non tunai.

[caption id="attachment_406086" align="aligncenter" width="300" caption="panggung diskusi Jelajah Non Tunai bersama Bank Indonesia (dok.pri)"]

142755504795671055
142755504795671055
[/caption]

Dari segala kelebihan yang disampaikan mengenai pentingnya bertransaksi non tunai, kenyataan di lapangan seringkali tak sejalan. Bahwa tidak semua merchant memiliki alat E-DC, itu salah satunya. Akan sulit rasanya jika harus bertransaksi non-cash saat membeli nasi padang di pinggiran jalan. Keburu laper kalo harus nyari warung yang punya mesin E-DC untuk transaksi pembayaran. Selain itu karena fungsi kartu yang masih bersifat klasik seperti mata uang yang di-plastik-kan, maka agak riskan jika satu saat kartu ini terjatuh dan hilang. Sebab kartu memang tidak didesain seperti kartu ATM atau kartu kredit yang membutuhkan otorisasi pemilik lewat pin atau tandatangan.

Secara umum acara Jelajah Non Tunai siang tadi berlangsung menarik. Banyak informasi baru yang bisa saya dapatkan. Catat : informasi baru, bukan teman baru wkwkk. Satu-satunya yang mengenali saya saat pertama kali masuk dan mencari tempat duduk adalah Mbah Paito. Selebihnya saya nggak kenal. Hebat bener ini si mbah, padahal kami sama-sama belum pernah ketemu sebelumnya.

[caption id="attachment_357841" align="aligncenter" width="300" caption="berhitam-hitam, Mbah Paito (dok.pri)"]

14275527581010267407
14275527581010267407
[/caption]

[caption id="attachment_357842" align="aligncenter" width="300" caption="Mas Isjet, dan para pembicara dari Perwakilan Bank Indonesia, dan ASPI (dok.pri)"]

14275528161747071627
14275528161747071627
[/caption]

Memasuki sesi 2, belum lagi sempat berkenalan sama si ini si itu saya sudah cabut duluan. Harus meninggalkan lokasi karena mesti mengantar teman. Saat ditanya Kompasianer yang berhalangan hadir, ‘Mana foto nangkringnya?’ Saya jawab emang nggak sempet foto depan stage nangkring tadi (baca : malu sama umur). Tapi jangan kuatir, untuk mengobati rasa penasaran, berikut gambar penampakan saya nongkrong di Royal Plaza ahahaaa.

[caption id="attachment_357843" align="aligncenter" width="300" caption="Kompasianer Nongkrong wkwkwk (dok.pri)"]

1427552968127813646
1427552968127813646
[/caption]

Oh iya, satu catatan saya untuk Kompasiana, dalam laman berita soal Jelajah Non Tunai pertama kali saya baca disebutkan bahwa peserta akan menerima Community Card, kok saya gak dapet ya? Apa karena saya pulang duluan ya? Ealah, padahal dari awal pengen dapet kartu itu deh saya. Untuk kebaikan hati panitia yang memberi hadiah kaos sama sticker plus sekotak jajanan yang penuh isinya saya mengucapkan banyak terimakasih ya.

[caption id="attachment_357844" align="aligncenter" width="300" caption="lengkap bergizi (hadiah Kompasiana) (dok.pri)"]

1427553011995889115
1427553011995889115
[/caption]

Sering-sering nangkring dan nongkrong di Surabaya ya, min.

Salam Kompasiana.

.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun