Mohon tunggu...
Find Leilla
Find Leilla Mohon Tunggu... Administrasi - librarian

seperti koinobori yang dihembuskan angin

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal Pilihan

Mungkinkah Anda Seorang Introvert Juga?

21 Mei 2014   16:22 Diperbarui: 8 Agustus 2021   10:44 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Halo Lokal. Sumber ilustrasi: PEXELS/Ahmad Syahrir

Salah satu rutinitas pagi di kantor saat sudah duduk di depan komputer selalu saya awali dengan membuka email (sebelum kemudian lompat ke tab Kompasiana, heee). Karena akun email terbanyak menggunakan fasilitas Yahoo, maka setiap log in atau log out selalu diarahkan ke halaman muka Yahoo dan surprise saat nyantol lalu keterusan membaca artikel ini https://id.berita.yahoo.com/tanda-tanda-bahwa-anda-seorang-introvert-000000663.html ‘Tanda-Tanda Bahwa Anda Seorang Introvert’. 

 

Saat membacanya jadi senyam-senyum sendiri. Betapa tidak, saya yang selalu merasa sebagai orang yang paling berisik di dunia ini ternyata bisa seratus delapan puluh derajat aslinya. Ada beberapa poin tanda introvert yang ternyata kena banget di diri saya. Nih ya, menurut artikel yang ditulis dalam laman Yahoo (Talkmen, Sel, 29 Apr 2014) itu dituliskan bahwa tanda-tanda yang sering nampak dalam diri seorang introvert antara lain adalah :

 

Seringkali saya merasa tidak nyaman saat berada di keramaian. Pengennya cepet-cepet pulang. Saat sedang berada dalam suasana seperti pesta, seminar, atau pertemuan rutin kantor pusat, saya lebih nyaman berada dalam lingkaran teman-teman yang saya kenal. Sama sekali tak pernah terbersit dalam pikiran saya untuk mencari kawan baru. Namun meskipun demikian bukan berarti saya seorang yang anti pesta atau acara-acara gathering seperti itu. Tidak. Asalkan bisa menemukan orang yang tepat yang bisa menemani saya sepanjang acara, ya tak masalah. Jika harus menghadiri acara seperti seminar misalnya, memang tetap harus dijalani meski sendiri, namun ya balik lagi, sama sekali saya tak pernah terpikir untuk mencari teman baru lagi. Berbasa-basi, salaman, dan berkenalan memang saya lakukan, tapi sampe tuker-tukeran akun facebook bahkan nomer telpon, dih, saya bukan tipe yang demikian. Bahkan jika ada pilihan untuk ‘datang’ dan ‘tak wajib datang’ dalam acara-acara seperti itu, saya akan langsung mengangguk setuju untuk pilihan ‘tidak wajib datang’ dengan wajah puas dan senyum kemenangan.

 

Jadi nyengir sendiri saat ingat beberapa waktu lalu seorang driver yang mengantar saya berkata, ‘Kalo gak kenal ibu lebih jauh pasti dikiranya ibu tegas banget orangnya. Sapa yang gak takut kalo ketemu ibu.’ Haduh, berasa jadi kayak Meryl Streep di ‘The Devil Wears Prada’ deh saya (tobaat, tobat). Kemudian berpikiran terlalu dewasa itu, mungkin sedikit. Ini juga sebabnya kenapa beberapa orang suka nyasar curhat ke meja saya. Kadang saya dianggap kayak pertapa tua yang punya banyak jawaban atas semua masalah, padahal aslinya gak selalu begitu. Saya banyak tau sebab saya banyak membaca (haduh).

 

Ada saat-saat dimana saya sangat menikmati kesendirian. Asal ada cemilan, saya gak butuh lagi banyak orang. Bisa makan waktu berjam-jam hanya untuk duduk di depan laptop, membaca, atau sekedar menonton DVD ato acara memasak di tivi. Saat sedang melakukan semua aktivitas itu, bunyi hape bakal jadi musuh yang sangat mengganggu (ngaku). Kadang sempat saya acuhkan, namun setelah sadar melakukan kesalahan, baru saya balas telpon balik atau jawab semua inboknya. Saat orang mengeluh karena harus sendirian, saya justru menikmati kesendirian itu sebagai satu kemewahan. 

 

Nggak pernah kepikiran untuk beralih profesi baru dan nggak pernah punya rasa bosan. Seorang teman pernah berkata, ‘Keluar dari cangkang dong. Tuh di ono ada lowongan yang lebih menantang dan lebih gede income-nya. Kamu pasti masuk lah.’ Entah kenapa justru saya nggak tertarik dan tetep berkutat di zona nyaman saya. Ini sebenernya jelek sih habit-nya, tapi yah kalo sudah nyaman saya hampir gak mau kemana-mana lagi (selain karena banyak pertimbangan untung rugi juga tentunya. Balik ciri nomer 2).

 

 

Meski belum benar-benar jadi penulis dan gak jago-jago amat menulis, tapi menulis buat saya membebaskan jiwa. Saya bisa jadi seorang ekstrovert saat menulis, dan saya menikmati semua prosesnya.

 

Sebenarnya melalui artikel Yahoo ini saya diingatkan kembali untuk dapat mengkoreksi diri dan membuang semua hal negatif supaya bisa menjadi pribadi yang lebih baik. Membaca artikel tersebut tadi seperti membuka kerudung diri sendiri. Seperti kepompong yang berubah menjadi kupu-kupu, setiap perubahan itu perlu. Sebab orang yang hidup tanpa pernah melakukan perubahan meski yang terkecil sekalipun di dalam hidup itu sejatinya adalah orang yang tak berpengetahuan. Orang yang kaku. Tegar tengkuk. Dan saya nggak mau jadi orang yang seperti itu. 

 

Seperti doa Niebuhr, ‘Serenity Prayer,’ yang berkata, ‘Tuhan, anugerahkan kepadaku kedamaian untuk menerima hal-hal yang tak bisa aku ubah, keberanian untuk mengubah hal-hal yang bisa kuubah, dan hikmat untuk mengetahui perbedaannya,’ biarlah doa dan keberanian itu menjadi doa dan keberanian saya juga. Anda?

Salam Kompasiana!

.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun