Mohon tunggu...
Find Leilla
Find Leilla Mohon Tunggu... Administrasi - librarian

seperti koinobori yang dihembuskan angin

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Nggak Perlu Nunggu Kaya untuk Bahagiakan Orangtua

7 November 2014   23:23 Diperbarui: 7 Agustus 2021   08:08 659
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

‘Kadang aku merasa bersalah belum bisa nyenengin orangtua,’ kata seorang teman saat melihat saya membungkus sepasang anting cantik untuk hadiah Natal ibu. Saya terperangah menatap wajahnya. Dalam beberapa hal saya tak menyetujui kata-katanya selanjutnya. Betapa orang seringkali salah mengartikan bahwa membahagiakan orangtua adalah dengan jalan memberi hadiah yang mewah. Padahal tidak demikian adanya.


Saya bersyukur dipilih Tuhan untuk menjadi anak ibu saya. Sepeninggal ayah, cuma beliau satu-satunya biji mata saya. Sepanjang perjalanan hidup setelah bekerja, membahagiakan ibu tak selalu dengan memberi barang yang mahal. Kalo dihitung hanya peristiwa khusus seperti peringatan hari ulangtahun, Natal, atau saat mendapat rejeki saja saya memberi hadiah. Itupun nggak berupa barang-barang yang ‘istimewa.’ Sebisanya kantong saya saja. Yang penting alasan pemberiannya, bukan seberapa mahal nilainya. Orangtua layak menerima ucapan syukur dan rasa terimakasih kita karena sudah diasuh dari bayi procot hingga dewasa begini rupa. Jika masih ada orang yang berkata ‘Nantilah, nunggu ada rejeki baru senangkan orangtua jalan-jalan ke luar negeri.’Padahal ada banyak cara sederhana untuk membahagiakan orangtua.


Menyikat kamar mandi

Sepele. Ini upaya yang sama sekali tidak pake biaya. Hanya butuh tenaga saja untuk ‘ngosek ‘ lantai kamar mandi dan toilet biar enggak licin. Coba hitung, berapa banyak orangtua tetangga anda yang jatuh terpeleset di kamar mandi. Kalo saya, banyak. Saya termasuk salah satu yang paling ngeri melihat kasus atau cerita orangtua yang jatuh di kamar mandi. Banyak lewatnya daripada tertolongnya. Sedemikian ngerinya saya hingga bagian menyikat kamar mandi bisa masuk jadi salah satu prioritas utama saya untuk membuat orangtua saya tetap nyaman dan aman selama di rumah.


Membeli pemanis khusus untuk menghindari diabetes

Meski tak ada garis penyakit diabetes dalam keluarga kami, namun untuk menjaga agar gula darah ibu tidak naik sedemikian tinggi, saya berinisiatif untuk menyediakan pemanis ini untuk minuman dan masakan ibu sehari-hari. Harga pemanis zero calories yang beredar di pasaran nggak terlalu mahal kok. Masih terjangkau kantong. Menyediakan hal kecil seperti ini buat saya satu cara menunjukkan bakti kita kepada orangtua juga.


Menyediakan buah-buahan yang cukup di rumah

Orangtua seringkali mengalami beberapa masalah dalam kesehatannya. Kekurangan serat bisa jadi masalah yang serius. Saya biasa membeli buah-buah yang terjangkau saja sesuai isi dompet. Nggak perlu buah yang mahal, pepaya atau pisang bisa jadi pilihan. Anggur, pir, atau apel bisa jadi alternatif lain asal di kulkas tidak melompong tanpa buah-buahan. Kalo bukan kita yang menyediakan, siapa lagi?


Menyediakan obat-obatan pertolongan pertama 

Minyak kayu putih, obat merah, analgesik, termasuk supplemen adalah bahan yang wajib ada di rumah. Kasihan ibu yang sendirian kalo sampe saat saya masih ada di kantor tiba-tiba terkena sakit kepala dan tidak ada obat yang siap minum di rumah. Harus berjalan sendiri ke apotik? Jangan sampai ah. Selalu sediakan sekotak obat-obatan yang cocok dikonsumsinya. Supplemen yang wajib ada di rumah seperti vitamin C, supplemen untuk persendian, untuk tulang, dan lain-lain yang dibutuhkan. Check masa kadaluarsa semua obat. Orangtua seringkali tak lagi bisa membaca kapan obat-obatan telah habis masa kadaluarsanya.


Ajak orangtua jalan-jalan, liburan, atau makan di luar bersama

Sesekali ajak orangtua makan dan jalan-jalan keluar. Saya pribadi awalnya tak mudah mengajak ibu untuk makan dan jalan keluar. Perbedaan jaman menyebabkan ibu takut tak bisa menyesuaikan diri dengan banyak perubahan. Naik eskalator di mall bisa jadi masalah krusial. Namun pelan-pelan akhirnya makan dan jalan jadi agenda rutin saat weekend atau liburan. Di akhir jalan-jalan tak selalu berakhir dengan membeli barang-barang yang mahal. Melihat senyum mengembang di wajah ibu bisa jadi kenangan yang tak terlupakan.


Dukung orangtua untuk bergabung dalam kelompok-kelompok lansia

Ibu saya tipe wanita yang tak bisa diam saja di rumah. Semakin banyak aktifitas membuatnya semakin sehat dan badan tidak sakit semua. Kebetulan di kampung ada perkumpulan lansia, ibu turut ambil bagian di dalamnya. Ada banyak anak yang saking proteknya menjaga orangtua hingga menghalangi mereka untuk ikut pertemuan rutin lansia. Biar nggak capek, katanya. Biarkan orangtua anda bergaul dengan peer groupnya. Lewat senam lansia, kelompok paduan suara lansia, dan lain-lain agenda kegiatan lansia, para orangtua akan merasa berbahagia dengan begitu banyak teman yang seusia mereka dan memiliki permasalahan yang hampir sama. Biarkan orangtua menjadi kawan dan penolong bagi sesamanya. Satu ketika ibu pernah pulang pertemuan dan menangis saat menceritakan seorang temannya akan dimasukkan ke panti jompo oleh anaknya. Lewat pengalaman temannya itu saya bisa urun berbicara bahwa ada begitu banyak pertimbangan mengapa seorang anak sampai menitipkan orangtuanya di panti jompo. Berbekal pengertian itu esok harinya ibu kembali menemui temannya dan memberi penguatan padanya. Sekali lagi, biarkan orangtua bergaul dengan teman-teman seusianya. Ada begitu banyak pengalaman dan penghiburan yang bisa dibagikan orangtua anda pada ‘sesamanya.’


Hingga hari ini saya selalu teringat percakapan kami, ibu dan saya, di satu sore yang indah saat kami duduk berdua, ‘Yang belum kesampaian apalagi, Mom?’ Entah mengapa saya ajukan pertanyaan itu, hanya saja tiba-tiba saya lihat genangan air di mata ibu, ‘Nggak ada. Semuanya sudah. Kalo nanti dipanggil Tuhan, Mom sudah bahagia. Selesai semuanya.’ Diam-diam saya menangis dalam hati mendengar jawabannya. Jadi intinya, jangan tunggu kaya untuk membahagiakan orangtua. Sebab sejatinya bahagia itu sederhana. Itu menurut saya. Anda?


Salam Kompasiana.

.


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun