Secarik berita kutinggalkan padamu, duhai engkau
Rajaku kemarin, genggamanku lemah padamu dan aku terlepas.
Kini dan seterusnya tidurku tak lagi nyenyak
Makan minum tak enak, karena hatiku bangun dari tengkurap
Dan engkau menatapku penuh kesal, biarlah!
Cerita tak ada hikmah yang kau jejal ke akal, kesia-siaan
Kau Rajaku kemarin dan aku berjalan ke lain
Aku mencari sebuah kota.
*Â
Tak ada seorangpun yang menegurku, karena gelap memang
Aku mengendap-endap dari kotamu menuju perbatasan
Tak ada sedih kurasa melainkan iba
Bahwa penduduk kotamu sedemikian buta
Mereka berjalan tergesa, tersandung, jatuh, menggigit, memangsa
Duhai engkau Rajaku kemarin,
Aku meninggalkan berita, semoga tersiar
Bahwa hari-hari yang kukira hanya gelap pekat
Sungguh di balik gerbang terlihat pendar-pendar
Cahaya yang bersinar
 *
Hamba
Dengan baju yang melekat dan sepasang sandal
Seteguk air dan sebongkah makanan
Tak perlu lagi tunggangan atau pengawalan
Keluargaku buta maka aku tinggalkan
Sementara ini
Dan ketika aku meraih pegangan
Aku akan kembali
*Â
Aku sampai di tepi
Kota cinta yang kucari
Untuk sepersekian waktu aku terjatuh,
Lemas, hampir pingsan karena dahaga
Ya, dahaga
Akan suguhan Cinta-Nya
 *
Di kota cinta aku bertemu dengan sebenar keyakinan
Untuk hatiku terbebas dari zaman
Terimalah hamba, yang penuh nista dan kehinaan
Ku bersujud padaMu, Tuhan
*Â
Kota cinta bukan sebenar kota, namun yang hakiki
Tempat bersemayam, terbangnya iman, dari dada ke hati, ruh, menuju ke yang tersembunyi
Di sanalah Tuhanmu telah menanti
*
Dan segeralah berjalan, saudaraku.
Temukan Dia,
di kota cintaÂ
*
Â
sentul, akhir 2012
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H