Malam Jum’at agung ini, saya putuskan untuk menulis saja kerinduan akan Sang Illah.
Bukan saya tak ingin membasuh wajah dengan airmata, namun saya benar-benar tersungkur!
Dan bukan karena saya ingin memamerkan kesukacitaan, melainkan berbagi do’a, semoga terbang ke sekalian jiwa.
Saya biasa memujiNya dengan lisan, tapi biarlah kali ini jemari saya yang berperan.
Maka dengan mengucap kesucian asmaNya dan derajat kemuliaan untuk Muhammad kekasihNya, saya memulai untuk menghinakan diri saya, dihadapanNya dan para pembaca yang dirahmati olehNya.
Ya Rabb , sesungguhnya ini adalah malam di mana kebaikan Engkau lebihkan daripadanya.Â
Maka dengarlah, duhai Penciptaku.
Dengarlah aku yang Kau cipta dari setetes air hina
Sungguh waktu membuatku bertambah lemah, sedang aku tak sadar
Aku tenggelam dalam kesibukan duniaÂ
Seringkali lupa jika panggilanMu adalah utama
Aku menaruh kesenangan raga di atas segala dan penyucian jiwa di bawahnya.
Siang kugunakan untuk berlebih-lebihan
Malam untuk kelelahan
Sehingga tak ada waktu untuk bermunajat pada Tuhan
Oh, sungguh akulah sarang kehinaan!
Apakah aku seluas samudera ataukah hanya tetesan embun ?
Apakah aku seluas Sahara ataukah hanya sebutir debu ?
Urusan siang seakan tak berkesudahan
Bahkan tak cukup detik, menit, jam
Sungguh aku telah tenggelam!
Ya Rabb, kembalikan aku untuk menikmati keheningan
Aku ingin meraih nikmat iman
Sekali lagi!
Sekali lagi!
Beri aku kesempatan
Dan aku tetaplah seonggok daging hina yang Kau beri nyawa
Menangis di hadapMu
Malu..
Malu akan dosaku
Amin YRA
--Salam Damai--
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H