Gempol merupakan salah satu desa di kecamatan Karanganom, kabupaten Klaten, Jawa Tengah, Indonesia. Desa ini memiliki tanah yang subur mengingat masih banyak area persawahan dan warga yang sebagian besar berprofesi sebagai petani. Selain pertanian, salah satu potensi desa gempol lainnya adalah situs candi yang berada di tengah-tengah sawah.
Candi sendiri merupakan warisan budaya dari nenek moyang. Pembuatannya perlu perjuangan luar biasa yang pada zaman modern ini dianggap hal diluar nalar. Bapak Biu santoso selaku narasumber kami yang merupakan salah satu penemu candi ini mengatakan, bahwasanya situs candi ini diduga peninggalan Mataram Hindu. Dilihat dari lingga patok yang masih kasar (kurang halus) yang ditemukan di sungai dekat situs. Struktur batu bata merah ini dilengkapi dengan kursi ataupun singgasana yang terbuat dari semen, ada juga gentong, patung kura-kura dan ular.
Menurut artikel solopos.com selama ini kawasan wilayah temuan batuan tersebut dikeramatkan oleh warga sehingga tak banyak orang yang menyambangi tempat candi. "Apakah orang luar boleh berfoto dan mengunjungi situs Candi ini?" tanya kami. "Boleh kesini main tidak ada yang melarang, tapi tidak boleh duduk di tempat duduk itu" jawab bapak biu merujuk pada singgasana di area candi. Dipercayai pada ajaran Jawa lebih baik datang setiap selasa kliwon dan jum'at kliwon biar lebih berkah. Dantara hari tersebut lebih berkah pada hari selasa kliwon dan kedua hari itu disakralkan menurut orang jawa.
Masyarakat gempol meyakini bahwa serpihan candi yang tersisa memiliki unsur magis yang kuat. Dikatakan tidak boleh pula menebang atau mengambil pohon yang ada disekitar situ, ditakutkan ada marabahaya dan bila dikembalikan maka marabahaya akan hilang bagi orang tersebut. Dalam artikel solopos.com mengatakan bahwa masyarakat Gempol sendiri sebelum ditemukannya Candi tersebut mendengar suara gamelan yang datangnya dari arah area Candi namun selalu didekati suara tersebut menjauh mungkin itu adalah salah satu bukti adanya kekuatan magis itu sendiri.
Tanggapan saya terhadap candi Gempol ini ialah terpukau dengan masyarakat yang terus menjaga dan memelihara situs Candi yang tersisa. Mengenai kekuatan magis dan istilah keramat itu sendiri mungkin memang masih ada dan belun hilang tetapi kita sebagai warga Indonesia dalam budaya kita sendiri dan peninggalan nenek moyang kita sendiri, kita tidak boleh meninggalkannya begitu saja. Kita harus merawat dan memelihara yang tersisa. Suasana di area candi juga begitu tenang dan damai dengan angin sepoi-sepoi. Nilai penting lain yaitu kita tidak boleh fanatik terhadap budaya kita sendiri dengan menelantarkannya begitu saja.
Candi ini memiliki dua nilai yang sangat penting. Pertama nilai moral, dari penelitian yang kami lakukan yaitu melalui wawancara, observasi, dan kajian teori ini didapatkan nilai moral, pentingnya menjaga warisan budaya peninggalan nenek moyang kita dan mengenang kembali perjuangan nenek moyang yang telah membuat Candi tersebut.
Nilai spiritualnya adalah tidak boleh mengambil barang ataupun benda yang berada di situ apalagi merusaknya, tidak boleh duduk di tempat duduk atau singgasana yang ada di situ, seorang wanita haid tidak boleh masuk ke dekat Candi karena tidak suci dan akan mengotori. Setelah dikaji, maka tak perlu lagi ragu dan takut lagi selama kita tidak berbuat salah. Keramat sekalipun tak akan berbahaya bagi kita bila kita tak memulainya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H