Mohon tunggu...
Lerika Ratri Noorshanti
Lerika Ratri Noorshanti Mohon Tunggu... -

Mahasiswa desain grafis, yang tertarik gaming

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Survey Kost Jogja

13 November 2013   04:08 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:14 624
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Diterima bekerja di Jogja merupakan lembaran awal baru bagi saya, yang dari lahir hingga lulus kuliah berdomisili di Bandung, dan belum merasakan kehidupan kost yang berwarna.

Saya ingin menceritakan pengalaman saya sewaktu mencari kost di Jogja.

Daerah yang saya tuju adalah sekitar Cokroaminoto (karena dekat kantor) atau Wirobrajan/Kapten Tendean. Bukan daerah populer seperti Kaliurang dan sekitarnya.

Mencari kost di Jogja mudah-mudah tidak, tapi jangan sekali-kali saat peek season (tahun ajaran baru, kelulusan, dll.) karena tingkat okupansi disini tinggi dan sangat cepat. Saya mengalaminya, berkeliling kosan di sekitar Cokroaminoto dan 80% yang saya tanya dalam keadaan penuh. Tidak heran bagi sebuah kota wisata dan pelajar :).

Namun ada satu hal yang sangat saya sayangkan dan gemas, bukan bermaksud untuk meremehkan kota Jogja dengan segala keindahannya, tetapi menurut survey saya, kualitas dan kenyamanan kost di Jogja kota yang notabene tengah kota (khususnya putri) masih sangat kurang (memang subjektif, karena saya membandingkan dengan kosan di Bandung). Argumen saya didasarkan pada:

- pembangunan rumah yang asal-asalan

Banyak menemukan konstruksi rumah kost yang asal, sangat sempit, minim ventilasi dan sangat gelap, flow bangunan yang sangat buruk.

Sewaktu mencari dan menanyakan penduduk setempat, saya ditawarkan ke kontrakan dengan fasilitas ruang tamu, kamar, dapur sendiri yang dibayangan saya adalah rumah kecil sederhana yang cukup tetapi nyaman dan bersih. Tetapi apa yang saya temukan? Ternyata rumah yang sangat kecil, selebar ukuran warung, memanjang dengan konstruksi yang kacau dan disana jadi tempat kumpul tukang-tukang (hiii takut...)

- Tidak rapi, kusam

Ini yang saya pertanyakan, meskipun standar rumah Indonesia tidak bisa disamakan, saya menilai banyak sekali rumah di Jogja yang membiarkan keadaan rumahnya kusam sampai berkerak hitam-hitam. Apa ini bagian dari budaya setempat atau tidak, saya rasa kondisi itu cukup mengganggu dan sering memberi kesan 'seram'. Juga sering kali banyak brankas-brankas dan barang-barang tidak terpakai lainnya teronggok dengan serampangan

- Lampu yang redup

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun