Menanggapi berita mengenai perubahan manajemen PT KAI dan KRL yang akhir-akhir ini heboh seiring diberlakukannya sistem e-ticket, saya ingin sedikit bercerita pengalaman dan tanggapan saya mengenai KRL sebagai salah satu transportasi umum yang idealnya sangat efektif ini. :)
Pengalaman-pengalaman dulu
Saya ini seorang mahasiswi di Bandung yang tentu saja tidak terlalu sering menggunakan jasa kereta api, karena alhamdulilahnya saya juga bersekolah disini. Paling-paling menggunakan kereta sebatas perjalanan wisata. Saya ingat sekali dulu pelayanan kereta api dan kondisinya sangat menyedihkan, mengingat manajemen yang kurang baik dan tentunya, penyakit masyarakat negara berkembang, masih pada susah diatur.
Rasanya menaiki kereta kalau bukan eksekutif sangat tersiksa, di bisnis rebutan kursi dengan penumpang lain yang seringkali seenaknya menempati kursi yang bukan haknya. Pernah saya dalam perjalanan pulang dari Jogja bersama teman-teman, mendapat kursi kami sudah ditempati oleh ibu-ibu seenaknya duduk dengan santai dan menempatkan anak-anak kecilnya di lantai supaya dikasihani dan tidak direbut kursinya, menyuruh seenaknya untuk pindah ke kursi lain di gerbong depan yang jauh. Begitu ribut-ribut, petugas juga bukannya mendidik ibu itu tapi malah bilang "yang penting adek bisa duduk kan? masalah selesai". Yah bukan gitu sih pak, tapi kalo gitu caranya gimana bisa mendidik penumpang lainnya? KESAL SEKALI RASANYA!
Belum lagi suasana stasiun yang padat dengan pedagang-pedagang berseliweran, perjalanan telat karena lama berhenti, dan pedagang pun hilir mudik masuk. Meskipun saya sadar latar belakang para pedagang itu rata-rata kalangan (maaf) ekonomi menengah ke bawah yang setaip hari berjuang mencari nafkah mengisi perut, tapi apa budaya seperti ini patut dilestarikan? Belum lagi jajanan yang diperjualbelikan rata-rata sama, tidak ada bedanya dan lebih banyak mengganggu. Pokoknya layanan kereta api pada saat itu buruk sekali.
Katanya, manajemen baru
Nah baru beberapa bulan terakhir saya mendapat banyak berita yang memberitahu mengenai pergantian kepengurusan kereta api. Saya merasa biasa-biasa saja, tidak terlalu mencari-cari karena pesimistis. Yah paling ini hanya berita seremonial saja, wajar sekelas perusahaan negara. Dan ditambah lagi saya juga belum terpikir untuk sering menggunakan jasa kereta api karena situasi belum terlalu membutuhkan.
TERNYATA
Optimisme saya langsung seketika berubah ketika saya melakukan perjalanan lagi ke Jogja. Saya terbengong-bengong begitu masuk stasiun dan peron, begitu tertata bersih rapih tidak banyak pedagang berseliweran dan karenanya situasi tampak lebih jelas, merasa aman. Petugas juga sigap dan ramah (sejauh ini di stasiun Bandung & Jogja) dan menurut pengalaman saya cukup sabar menginformasikan peraturan baru. Perjalanan kereta juga sepertinya jadi lebih cepat, tidak terlalu banyak berhenti, dan yang sangat kaget, tidak diizinkannya pedagang masuk (yah mungkin hanya beberapa, itu juga sebentar sekali). Petugas kebersihan, makanan dan keamanan juga sigap bolak-balik patroli di gerbong. WAH SALUT SEKALI DENGAN PETUGAS-PETUGASNYA, saya kaget sekali karena etos kerja ini bisa dibilang hampir merata ke banyak petugas. Overall, saya sangat PUAS!
KERETA KOMUTER
Nah selanjutnya, melihat berita kereta komuter yang juga dalam proses pembaharuan dan pemberlakuan e-ticket, saya langsung tergoda untuk mencoba karena e-ticket pikir saya harusnya mirip-mirip MRT Singapura (angkutan umum dalam kota kereta pertama yang saya coba). Jadi saya langsung iseng bergegas ke Jakarta untuk mencoba, pertama jalur kereta antar Jabodetabek (yang saya belum pernah coba seumur hidup) yang bertepatan dengan pembelakuan e-ticket. Disini walaupun saya newbie tapi saya merasakan ada perubahan-perubahan yang cukup signifikan. Misalnya: