Mohon tunggu...
Lerika Ratri Noorshanti
Lerika Ratri Noorshanti Mohon Tunggu... -

Mahasiswa desain grafis, yang tertarik gaming

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Desainer: Tidak Hanya Sekedar Tukang Gambar!

20 September 2013   14:42 Diperbarui: 24 Juni 2015   07:37 343
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="" align="alignnone" width="560" caption="Proses corat-coret bikin logo, sumber: oxidedesign.com"][/caption] Halo teman-teman yang muda dan bergairah, kali ini ane pengen share berbagi pengalaman menyebalkan untuk jadi pembelajaran buat kita-kita semua (sok tua, hehe). Jadi kemarin malam, ane dihubungi teman lama. Doi minta jasa desain ane buat bikin logo. Logo perusahaan start-upnya doi gitu yang bergerak di bidang jasa catering anak. Awalnya ane melayani-melayani saja tuh request-requestnya, sampai akhirnya doi nanya fee-nya berapa. Ini nih yang paling susah dijawab, karena salah-salah bisa kemurahan (dengan kata lain merendahkan nilai profesi desainer di mata awam) atau dianggap jual mahal (apaan sih, begini saja kok mintanya macam2). Singkat cerita, request-request doi terbilang cukup kurang detail dan terkesan kurang mengerti, sebenernya kalo mau bikin semacam logo, tujuan dan maksudnya apa? Perusahaan-perusahaan besar yang disegani dan terlihat 'COOL' tentunya sudah paham arti logo buat perusahaan mereka, jadi mereka mengerti betul butuh logo yang berkualitas itu demi membawa nilai yang baik untuk perusahaannya. Ane menangkap temen ane ini belum mengerti betul kebutuhan logo, hanya sekedar gambar indah saja (semoga tidak begitu). Lanjutnya, ane kemudian terkejut sekali, ternyata doi meminta logo tersebut jadi ESOKNYA (padahal mintanya malam-malam). Dan dengan deadline sehari, bayaran yang kurang 'mengapresiasi' (bukan ane mata duitan, tapi ya bayaran, deadline dan kerja sama dengan klien harus seimbang dong), ane juga ga minta banyak-banyak, sewajarnya). Yang ane ga habis pikir aja, logika apa yang ada di dalam pertimbangan doi bisa menyimpulkan logo jadi sehari tanpa ane harus melewati proses memahami jasa yang doi punya. Pada akhirnya, pembicaraan malam itu diakhiri dengan ane menolak secara halus permintaan doi, meskipun doi temen ane, ane tetap harus menjaga keprofesionalitasan profesi desainer grafis. Cerita belum berhenti sob! Ternyata besok paginya (hari ini saat saya menulis artikel ini), doi tidak menyerah! Doi memohon-mohon meminta gambar logo, biarin kurang maksimal yang penting ada dulu, karena doi sudah terlanjut mencetak packaging (yah, maaf bukannya gak mau simpatik, ane memilih tidak peduli alasan ini karena doi juga tidak berusaha menyeimbangkan kebutuhan doi dengan proses kerja ane). Ya apa boleh buat, karena teman, ane akhirnya membuatkan gambar logo dengan proses yang tidak maksimal, dan tidak memungut biaya (karena ane sudah memutuskan untuk 'bersedekah'  seadanya saja dan menegaskan ane ga minta bayaran untuk doi yang tidak memandang pekerjaan ane dengan respek). Ane juga sebelumnya sudah menjelaskan proses kerja ane, tahapan-tahapan apa saja yang perlu dilakukan bersama-sama supaya sama-sama enak. Tapi ya dengan kondisi begitu, ya seadanya we lah haha. Nah, berdasarkan cerita ane, ane mau berbagi dan mau memberitahu tips-tips bagi teman-teman yang ingin memakai jasa desainer, dengan melewati proses yang benar dan (semoga) maksimal, agar teman-teman menjalin proses bisnis yang baik dengan teman desainer kalian: 1. Teman-teman harus tahu, jasa desainer itu memakan waktu, seprofesional apapun. Tidak bisa sehari jadi layaknya sulap. Mengapa lama? Salah satunya, coba saja teman-teman mencontoh gambar profesional yang ada di internet. Lama bukan? Alat komputer bukan jaminan kerja ringkas, tapi 'menggambar' itu suatu proses kerajinan tangan yang harus dipikirkan dengan matang dan dieksekusi dengan hati-hati. Jadi pertimbangkan kebutuhan desain teman-teman, dan bicarakan dengan baik-baik kepada rekan desainer kalian butuh berapa lama waktu yang dibutuhkan. Jadi jangan pasang target serba cepat dulu sebelum dibicarakan. Profesional itu bukan 'apa-apa harus segala cepat', tapi menyesuaikan kebutuhan dengan proses (idealnya). 2. Memakan waktu, karena desainer yang ingin bekerja maksimal dan profesional, butuh menyelami & mengerti kebutuhan teman-teman. Visi apa yang ingin kalian capai dari logo, konsumen jasa teman-teman ingin diberi kesan apa, apa saja proses layanan produk kalian, dan detail-detail lainnya. Percayalah, teman-teman desainer butuh diberi banyak detail, bukan bermaksud mempersulit, tapi karena jasa desainer adalah pencapaian emosi dan abstrak , sehingga teman-teman desainer butuh berusaha mengerti karena tidak ada batasan yang pasti maka bahan-bahan yang mendetail sangat membantu proses kerja. 3. Detail, semakin detail dan jelas keinginan teman-teman, semakin mudah untuk desainer mengkonsep. Apapun bisa dikasih, profil jasa/layanan, pamflet, curhatan pengen kayak gimana aja, mau ditaro dimana logonya, bahan apapun bisa jadi inspirasi desainernya. :) Yang penting sangat jelas, lengkap dan saling pengertian masing2. 4. Revisi, tentunya karena batasan desain tidak ada yang pasti, yang menentukan adalah sreg tidaknya keinginan teman-teman klien dan teman-teman desainer. Revisi juga tidak sehari jadi, bayangkan lebih mudah (secara berpikir) membuat sesuatu dari 0 dibanding memutar otak merubah sesuatu, sekali lagi, proses desain bukan sulap. Sehingga sepakati berapa kali revisi yang diinginkan, dan berikan tenggat waktu lagi. Di luar itu, maaf-maaf saja teman-teman harus membayar revisi ekstra. 5. Fee, masalah sensitif. Ane mencoba mengerti, beberapa teman pelaku bisnis yang meng-hire jasa desainer tentunya memiliki banyak masalah pengeluaran (modal, prototype produk, pinjem sana-sini, pusing deh pokoknya). Tapi ane meminta pengertiannya sekali lagi, desainer tidak bermaksud mencuri uang atau meminta biaya yang berlebihan. Sudah sering desainer dianggap sekadar tukang gambar semata karena 'menggambar' dianggap proses yang mudah (SEKALI LAGI TIDAK). Kita sama seperti sulitnya mencari rumus fisika, matematika, analisis keuangan dan lainnya, ane tidak bermaksud menyamaratakan secara nominal, ane hanya meminta pengertian respek proses bekerja, tidak ada yang mudah. Sehingga, jangan sungkan untuk mengeluarkan duit banyak yang 'sepadan' bila meminta hasil yang profesional (tentunya pilih-pilih dulu desainer yang mumpuni sesuai kriteria). Percayalah desainer bukan pencuri, tapi ingin memberi kepuasan visual emosional yang terbaik. 6. Jangan samakan desainer dengan mamang-mamang percetakan 15ribuan. Sungguh, ini keterlaluan sekali. Desainer itu belajar di institusi pendidikan formal, menempuh pendidikan sarjana yang sama kayak orang lain, 4 tahun. Belajar berbagai macam teori gambar dan visual dan dicetak untuk menjaga mindset kreatif, berwawasan dan beretika profesional (meskipun belum sepenuhnya maksimal begitu). Desainer grafis jelas-jelas sungguh berbeda dengan tukang bikin logo 15ribuan yang ada di jalan-jalan. Jangan, sekali-sekali, meminta jasa desain dengan kisaran dibawah 100ribu! Itu penghinaan terbesar! Kira-kira begitulah bagi teman-teman yang ingin menyewa jasa desainer. Perlu dicatat, tips dan masukan diatas berlaku berdasarkan pengalaman dalam ranah personal (bukan perusahaan besar). Kalau perusahaan besar lebih kompleks lagi (dan saya belum banyak berpengalaman disini), tapi kira-kira pertimbangan dasar negosiasinya berawal dari hal remeh temeh ini. Bagi teman desainer, jangan takut untuk 'menolak' klien yang dari awal tidak berusaha menunjukkan etika untuk memecahkan masalah bersama-sama dengan permintaan yang tidak masuk akal. Bagi teman-teman lainnya, desainer bukan sekedar tukang gambar, dan jangan lupa hargai juga profesi lainnya. Semua profesi butuh direspek! Okey! :)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun