Gerimis mengundang rasa tak tertahankan. Saya menyusuri deretan-deretan Menteng. Makin dalam makin sunyi mencekam. Kumpulan bangunan perkasa tersenyum sinis melirik pengendara kecil yang numpang lewat. Saya sibuk menyilih tetesan air dari langit sambil sesekali membalas senyum rumah-rumah elite.
Tubuh basah kuyup merayap di sekitar perhentian. Lagi, gerimis menyita perhatian. Ia menemani jalan-jalan sunyi sepanjang parkiran. Jajaran mobil mulus sepanjang jalan kemilau disenggol gerimis. Saya terkesima dengan Menteng beserta para penghuninya yang sembunyi di balik tirai.
Menteng yang perkasa menyimpan sejuta tanya. Persis di tengah kompleks ada warung kopi murah meriah. Sambil menanti gerimis lekang oleh malam, saya menghangatkan tubuh dengan segelas white coffe. Beberapa pemuda muncul mencari kehangatan yang sama. Kami bersua. Bertanya asal dan sekadar saling ngobrol isu yang lagi hangat.
Sunyi yang tetap tak mengubah waktu malam yang makin suntuk. Juga tak menghambat gerimis tetap turun. Orang tetap basah dan hangat dengan obrolan. Saya sudahi dulu di sudut Menteng. Kembali ke sarang waktu keluar senja tadi.
Sepanjang jalan pulang, saya masih geleng kepala tanda kagum. Di bawah jejeran pohon, menjulur ke atas gedung-gedung kelompok penting Republik. Beberapa wajah penting negarawan muncul dalam bayang. "Mereka orang hebat!".
            *Di Menteng malam ini*
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI