Seumur hidup bekerja untuk hidup, banyak utang dimana-mana, untuk beli rumah baru, motor baru, mobil baru, senang makan di restoran mahal pakai kartu kredit, peralatan elektronik baru, TV LED yang lebih besar, dispenser yang lebih bagus, Kulkas yang lebih besar dan barang lainnya, hanya untuk memenuhi gengsi dan gaya hidup “kaya” dimata orang lain.
Hidupnya semakin rakus, seringkali ingin dipuji karena ingin diakui orang dirinya kaya, gak ada empati sama orang lain, dan cenderung menekan atau bertindak masa bodoh terhadap orang lain untuk keuntungan diri sendiri. Yang penting adalah SAYA dan SAYA, saya untung yang lain rugi biarin aja, yang penting saya dipromosikan di kerjaan, setelah dipromosikan biarin aja bawahan, yang penting SAYA. Tidak ada melintas pikiran untuk membantu mereka yang masih dibawah hidupnya atau berkeinginan untuk menolong dan memberi. Ya semua ini bisa terjadi karena sifat egois yang secara default ada dalam diri manusia.
Jadi, kalau uda punya semua yang diinginkan, mau apa?
Pada satu titik, kehidupan pasti akan terasa hampa, karena semua yang dicari itu adalah sesuatu yang hanya bersifat memberikan kesenangan sementara saja yang pada akhirnya juga akan sia-sia, semua sia-sia.
Hidup untuk bekerja, membeli untuk memuaskan keinginan dan ego yang tak akan ada habisnya.
Mau sampai kapan begini terus?
Time is Money, but also Time is Love, Time is Health, Time is Togetherness, Time is…………..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H