Hari Jumat dan Sabtu saya mempunyai tugas mengajar di sebuah sekolah dasar negeri dekat tempat tinggal saya, seperti halnya yang terjadi pada hari itu. Sementara menunggu giliran mengajar, saya sedang duduk di salah satu meja di kantor sekolah. Di atas meja ada tumpukan buku-buku dan asbak yang berisi sampah plastik bungkus rokok dan abu rokok. [caption id="attachment_37568" align="alignleft" width="300" caption="Asbak dan boneka wol (foto: LRJK)"][/caption] Yang menarik perhatian saya adalah di asbak tersebut terdapat boneka dari benang wol hasil karya salah seorang murid. Saya tidak tahu, mengapa boneka tersebut bernasib seperti itu. Mungkin penampilan boneka itu dianggap buruk, sehingga harus berakhir di asbak. Mungkin boneka hasil pekerjaan murid yang saya sendiri tidak tahu namanya itu telah selesai dinilai oleh guru yang mengajar keterampilan. Mungkin juga karena Pak Guru malas menumpuk hasil pekerjaan murid di atas mejanya, “lagian, sudah dinilai, kan?” Tidak ada yang tahu penyebabnya. Boneka wol berwarna merah muda itu hanya terkulai lemas begitu saja. Hal ini membuat saya berpikir, “… setelah susah-susah dibuat, akhirnya sia-sia saja pekerjaan tangan itu.” Jadi, tujuan akhirnya, adalah mendapat nilai atas ‘apa yang telah dilakukan oleh murid’, bukan penghargaan untuk ‘benda yang telah dikerjakan.’ Boneka wol merah muda tersebut dan manusia, keduanya, adalah sama, yaitu sebuah ‘hasil’ dari keinginan. Boneka wol merah muda itu dikerjakan oleh salah seorang murid yang saya sendiri tidak tahu dari kelas berapa, sedangkan manusia dibuat oleh Tuhan. Namun, manusia tidak memiliki nasib seperti boneka wol merah itu. Padahal, kalau dipikir-pikir, sifat manusia sebagai makhluk yang ‘banyak tingkah’ dan sering melawan Tuhan, memungkinkan manusia diletakkan di ‘asbak’ penghukuman dari Tuhan, yaitu ‘pembinasaan’. [caption id="attachment_37580" align="alignright" width="150" caption="Boneka wol putih sedang tengkurap, ... (foto:LRJK)"][/caption] Tetapi Tuhan tidak meletakkan manusia di ‘asbak’ penghukuman. Tuhan masih tetap terus mengasihi manusia. Tuhan tidak membiarkan makhluk ciptaan yang satu ini hancur. Manusia tidak hanya dinilai baik oleh Tuhan setelah selesai menciptakan, tetapi juga dihargai, ... dianggap berharga di mataNya ... Saya rasa, benar-benar tidak ada yang peduli pada boneka wol berwarna merah muda yang tergeletak di asbak itu … [ LRJK | © MMIX AD ]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H