Beberapa rencana yang sudah tersusun rapi, agenda sudah fix, perjalanan sudah disiapkan, waktu sudah ditentukan, seolah-olah saya adalah pemilik waktu, saya lah pemilik semua rencana, lupa memasrahkan diri bahwa saya hanya hamba, hanya penulis rencana, tapi bukan penentu rencana apalagi pemilik waktu. Bukan! karena Allah lah pemilik segala kejadian dan waktu, manusia berencana, Allah yang menentukan, kapan saya harus berdiam, kapan saya harus pergi, siapa yang harus saya temukan, dan seterusnya dari setiap peristiwa kejadian di alam ini.
Bahkan daun yang jatuh pun karena atas izin Allah, kadang kita manusia ini lupa membedakan mana kesombongan dan mana percaya diri, terlalu tipis batasnya, sungguh kita ini lemah, hanya pemain, bukan sutradara penentu, hidup ditentukan ketika "Sang Sutradara" berteriak "cut" atau berteriak "action" baru kita bergerak atau terdiam, selebihnya kita hanya bisa menebak-nebak, bahkan satu detik kedepan kita tak pernah tahu, kemana kaki melangkah, tanggan tertunjuk, mata melihat, mulut bicara, bertemu dengan siapa, dan terhenti di lorong yang mana. Namun Allah pasti tahu, sudah tahu, telah tahu, dan selalu tahu.
Karena kita hanya hamba, maka tugas kita adalah menghamba pada segala keputusanNya, selalu indah pada akhirnya, kali ini bongkar koper bukan karena melanjutkan perjalanan, tapi mengembalikannya ke lemari, menata lagi, berencana lagi, berpasrah lagi, diam tafakur. Tak semua takdir harus dipahami, karena tugas kita adalah menjalankan bukan memahami. Terimakasih ya Allah. Engaku Maha Baik.
Ditulis di Kota Damman, K.S.A tahun 2016
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H