Sebagian besar insan akuakultur pasti tidak asing lagi jika mendengar istilah perikanan budidaya berkelanjutan (sustainableaquaculture). Istilah tersebut bahkan hampir disetiap kesempatan seringkali digaungkan, walaupun mungkin sebenarnya tidak sedikit diantara kita yang justru tidak tahu apa makna dari prinsip sustainability.Â
Kita seringkali salah kaprah dalam memakani prinsip sustainable aquaculture, dengan seringkali menyamakan makna keberlanjutan (sustainability) dengan keberlangsungan (continuity).Â
Padahal istilah keberlanjutan dengan keberlangsungan merupakan dua makna dalam konteks yang berbeda. Keberlanjutan lebih mengedepankan aspek lingkungan, sedangkan makna keberlangsungan lebih mengedapkan aspek bisnis. Kesalahan persepsi inilah, sehingga dalam implementasinya kegiatan usaha budidaya seringkali hanya mempertimbangkan faktor ekonomi semata.
Dalam sejarah perkembangan pola pendekatan pembangun pada negara-negara di dunia, kita bisa lihat sejak deklarasi stockholm tahun 1972, bahwa mulai ada pergeseran paradigma pola pengelolaan sumberdaya alam yang lebih mempertimbangkan prinsip eco-sentris yaitu dengan melahirkan sebuah konsep pendekatan yang dinamakan pembangunan berkelanjutan (sustainable development).Â
Prinsip inilah yang kemudian diadosi pada berbagai sektor baik yang berbasis sumberdaya alam (naturalresources) maupun industri (manufacturing).
Dalam konteks akuakultur, prinsip sustainability harus dimaknai sebagai upaya pengelolaan sumberdaya akuakultur secara bertanggungjawab dengan tetap menjamin kualitas lingkungan dan upaya konservasi sumberaya alam.
Tantangan Akuakultur di Masa Yang akan datang
Produksi akuakultur dunia mengalami trend peningkatan yang signifikan. Kita bisa lihat misalnya data FAO yang merilis bahwa dalam kurun waktu tahun 2006 hingga tahun 2011 telah mengalami lonjakan produksi dari sebesar 4,73 juta ton pada tahun 2006 menjadi 63,6 juta ton pada 2011, disatu sisi dalam kurun waktu yang sama produksi perikanan tangkap justru menujukkan adanya trend yang konstan (FAO, 2012). Tidak salah jika FAO memprediksi ke depan akuakultur akan menjadi andalan bagi pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat global.
Namun disisi lain, akuakultur juga dihadapkan pada suatu tantangan besar yaitu bagaimana memenuhi kebutuhan pangan yang kian meningkat ditengah permasalahan penurunan kualitas sumberdaya alam dan lingkungan global.Â
Perubahan iklim dalam hal ini fenomena pemanasan global (globalwarming)) dan berbagai masalah lingkungan saat ini telah berdampak langsung terhadap penurunan tapak ekologis (ecologycalfootprint) secara signifikan termasuk di dalamnya fenomena permasalahan yang dihadapi akuakultur, kondisi ini sudah barang tentu akan berpengaruh besar terhadap perwujudan ketahanan pangan masyarakat global (global food security) yang justru ke depan akan semakin bergantung pada sumber gizi ikani.
Tantangan lainnya, sebagaimana dalam buku "Challenging the Aquaculture Industry on Sustainability", edisi Maret 2008 yang diterbitkan Greenpeace International", justru menyampaikan fakta bahwa industri akuakultur turut memberikan kontribusi potensi dampak negatif terhadap fenomena perubahan lingkungan global saat ini. Â