Tolikara - Sungai terbesar yang terdapat di kabupaten Tolikara yang bernama sungai toli tersebut sedikit unik, berbeda dengan sungai lain di papua. Sebab banjir tiap waktu dan mengalirpun berpindah-pindah tempat seperti malam hari tempat lain dan pada siang hari mengalir di tempat lain jikalau musim hujan namun, tetapi musim kemarau dengan waktu yang lama biasanya setiap satu minggu hanya satu kali berpindah tempat untuk mengalir.
Masyarakat beberapa kampung antaranya kampung Wulugu, Martelo, Logon, Dibogu, dan yitelo. Menjadikan jalan akses utama karena tak ada jalan lain selain menyeberangi sungainya jika pemuda setempat belum buat jembatan gantung untuk melintasinya Meski menjadi tantangan masyarakat dan membahayakan anak-anak sekolah terhadap sungai toli karena kebanjiran tiap waktu yang membuat banyak korban meninggal akibat terbawah hanyut, Korban meninggal  tercatat dari sejak 2002 setelah kabupaten Tolikara memekarkan sampai kini sekitar 7 (tujuh) orang.
Dan salah satu tokoh masyarakat setempat menceritakan bahwa 7 (tujuh) orang korban tercatat itu karena mereka menyeberangi sungai pada saat Jembatannya hanyut. jadi, masyarakat kadang menyeberang sungai karena tak ada pilihan lain. Anak-anak sekolah SMP dan SMA pun tiap hari melewati untuk melintasi jembatan gantung seperi yang adik-adik pemuda buat ini dan kalau jembatannya hanyut terpaksa mereka menyeberangi sungainya. Kalau tidak, mereka tidak bisa sekolah. ujarnya*
Untuk itu, kami berharap pemerintah kabupaten tolikara dapat melihat untuk membuat jembatan gantung yang layak untuk kita masyarakat melintasinya supaya tidak ada masyarakat yang korban lagi nantinya.
Dan ada jalan akses lebih utama lagi yang menghubung antar distrik kanggime ke distrik gilobandu bahkan ke distrik kembu wilayah pembanguan tolikara dua (tempat lahirnya gubernur papua) yang biasa lewati mobil tapi belum ada jembatan juga. Maka mobil terkadang menyeberang sungai
.Jalan akses utama yang menghubungkan antar distrik tersebut sebenarnya di era bupatinya pak John Tabo telah di bangun beton namun, Tidak lanjut lagi maka semoga pemerintah kembali melanjutkan. Sambungnya!Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H