Kota ini bernama Aurera, kota dengan sebutan sejuta bunga. Bayangkan, disetiap sudutnya selalu ada bunga yang tumbuh dengan bahagianya. Aurera dipimpin oleh Mbah cimprung. Kini ia berusia seratus lima puluh tahun, tepat esok hari ia bersama rakyatnya akan merayakan hari kelahirannya itu.
Semua orang di penjuru kota ini sibuk menata bunga-bunga cantik dihalaman rumahnya sebagai pertanda memperingati hari kelahiran mbah cimprung. Bukan tanpa alasan bunga menjadi maskot kota ini, bunga adalah separuh jiwanya yang hilang oleh ratu lebah.
Seratus tahun yang lalu, mbah cimprung berperang melawan pasukan merah jawa untuk merebut kota ini dari segala penjajahan. Mbah cimprung bersama pasukannya menang dan membangun kota aurera sebagai kota terbaik di negeri ini. Namun, hal ini menyisakan sebuah penyesalan.
Saat itu, Mbah cimprung kehabisan akal untuk melawan pasukan merah jawa. Betapa tidak, pasukannya hanya menyisa sembilan orang dari seribu pasukan setelah bertempur selama beberapa minggu. Lalu, Ia mengatur strategi untuk memenangkan peperangan ini. Ia pergi menuju gunung lebah harapan untuk meminta bantuan kepada Ratu lebah pemilik gunung lebah harapan. Setelah bernegosiasi, akhirnya terdapat kesepakatan. Ratu lebah bersama tentaranya ikut membantu mbah cimprung berperang melawan pasukan merah jawa. Sebagai imbalannya, Sang Ratu menginginkan anak mbah cimprung bernama bunga yang baru berusia tiga tahun untuk menjadi miliknya dan setelah itu selamanya mbah cimprung tidak akan memiliki keturunan.
Itulah sebabnya setiap tahun rakyat kota aurera selalu merayakan hari kelahiran mbah cimprung dengan menanam dan menghias bunga diseluruh sudut kota, sebagai simbol dan harapan bahwa bunga akan selalu hidup bahagia selamanya.
Istana yang megah dengan kemewahan yang berlimpah tidak membuat mbah cimprung dan istri hidup bahagia. Entah kepada siapa tahta ini akan diserahkan kelak, ketika Ia sudah tak mampu lagi menjadi pemimpin di kota aurera, sementara Ia tak memiliki sanak saudara apalagi keturunan dari istrinya. Pikiran itupun yang selalu menyelimuti mbah cimprung akan kelanjutan kota aurera.
Tepat pukul 12 malam dihari ulangtahunnya, seluruh rakyat memainkan karinding sembari melepas lampion bermotif bunga ke angkasa. Hal ini selalu dilakukan setiap tahunnya.
Tiba-tiba ketika seluruh lampion menghiasi langit kota aurera, suara dentuman bertubi-tubi terdengar dari kejauhan dan lampion-lampion cantik itupun terbakar satupersatu. Seluruh rakyat kota aurera ketakutan dan berlarian masuk kedalam rumah mereka. Mbah cimprung dan istri masih tetap berdiri di halaman istana, memandangi lampion-lampion yang terbakar tanpa sebab. Suara dentuman semakin jelas terdengar, memekik telinga menggetar jiwa. Seluruh bunga di kota aurera melayu begitu saja, lalu mengering dan musnah. Mbah cimprung bersama istri kebingungan melihat kejadian tersebut, sementara pasukannya siaga menghadapi semua hal yang akan terjadi.
Dari kejauhan samar-samar mulai tampak jelas mendekat ribuan lebah dengan kereta kencananya. Dihadapan mbah cimprung turunlah Sang ratu lebah bersama seorang gadis cantik.
"Setelah seribu tahun lamanya aku menginginkan anak perempuan, akhirnya aku dapatkan darimu Mbah cimprung, kini aku kembalikan anak ini padamu." Ucap Sang Ratu lebah.
"Anakku bunga? ia itu anakku. Lalu mengapa?" mbah cimprung tampak merasa bingung.
"Kau harus tahu, yang menjadikan hangus seluruh bunga di aurora adalah anakmu. Dia marah karena merasa lapar." kata sang ratu sembari menatap bunga.
"Apakah gunung lebah harapan tak memiliki persediaan makanan?" tanya mbah cimprung.
"Tidak begitu, tak mengapa aku tak memiliki anak, aku pikir dengan memanjakannya selama ini akan mendatangkan keberuntungan untukku malah sebaliknya, ia membuat tentaraku miskin dan jatuh sakit." Kata sang ratu dengan merasa kesal.
"Apa yang terjadi?" tanya mbah cimprung.
"Asal kau tahu aku telah menyihir anakmu agar tak pernah menjadi tua, tapi aku tak sanggup lagi. Dia menghabiskan Madu setiap harinya 1000Liter, sementara lebah-lebahku terlalu lelah untuk menghasilkan madu dengan jumlah begitu. aku sudah tak sanggup memberinya makan, aku kembalikan bunga padamu." Ucap sang ratu.
Setelah kejadian malam itu mbah cimprung bersama keluarga semakin rajin menanam bunga, agar lebah-lebah dapat menghisap serbuk sari dari bunga tersebut. Karena kini, mbah cimprung dan rakyatnya rajin berternak lebah untuk dimanfaatkan madunya. Seluruh rakyat kota aurera tampak sehat dan awet muda dengan meminum madu setiap harinya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H