Mohon tunggu...
Wahyu Hidayatillah
Wahyu Hidayatillah Mohon Tunggu... Jurnalis - jurnalis

Fakta Tiada Batas

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Pilkada Sehat

17 Oktober 2024   01:13 Diperbarui: 17 Oktober 2024   01:13 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) merupakan salah satu wujud demokrasi lokal yang penting dalam sistem pemerintahan Indonesia. Pilkada memberi kesempatan bagi masyarakat untuk memilih pemimpin yang dianggap mampu membawa perubahan dan kesejahteraan bagi daerahnya. Dalam konteks ini, Pilkada idealnya dapat menjadi ajang persaingan sehat yang berfokus pada ide dan program untuk kemajuan bersama.

Persaingan dalam Pilkada harus dilihat sebagai bagian dari dinamika demokrasi yang sehat. Setiap calon kepala daerah, baik bupati, wali kota, maupun gubernur, dituntut untuk mempresentasikan program kerja yang jelas dan dapat diukur. Dengan adanya kompetisi ini, masyarakat sebagai pemilih mendapatkan berbagai alternatif solusi atas permasalahan yang ada di daerah mereka. Persaingan program, bukan sekadar popularitas, mendorong munculnya pemimpin-pemimpin yang benar-benar memiliki kapabilitas untuk membawa kesejahteraan.

Namun, persaingan yang sehat juga memerlukan kesadaran kolektif dari seluruh elemen masyarakat dan para kandidat. Tanpa komitmen bersama untuk menjaga etika politik, Pilkada rentan disusupi praktik kotor seperti politik uang, kampanye hitam, dan isu-isu yang memecah belah. Praktik semacam ini justru merusak esensi Pilkada sebagai jalan menuju kesejahteraan bersama, karena fokusnya bukan lagi pada program, tetapi pada cara-cara curang untuk mencapai kekuasaan.

Selain itu, persaingan sehat dalam Pilkada juga melibatkan aspek pengawasan yang ketat oleh lembaga-lembaga terkait. KPU/KIP, Bawaslu, dan aparat keamanan harus memastikan bahwa proses pemilihan berjalan adil, transparan, dan sesuai aturan. Masyarakat juga perlu diberikan ruang untuk terlibat aktif dalam pengawasan, sehingga proses Pilkada benar-benar menjadi representasi dari kehendak rakyat.

Di akhir proses, Pilkada yang sehat dan bersih akan menghasilkan pemimpin yang memiliki legitimasi kuat. Pemimpin seperti ini akan lebih mampu menjalankan program-programnya dengan dukungan penuh dari masyarakat. Dengan demikian, Pilkada tidak hanya menjadi ajang perebutan kekuasaan, tetapi sebuah mekanisme untuk memilih pemimpin yang dapat bekerja demi kesejahteraan bersama.

Mencapai kesejahteraan bersama adalah tujuan utama dari Pilkada yang sehat. Jika dijalankan dengan jujur dan adil, Pilkada dapat menjadi batu loncatan penting menuju pemerintahan yang responsif terhadap kebutuhan rakyat, sehingga masyarakat dapat menikmati hasil pembangunan yang lebih merata dan berkeadilan.

Persaingan Politik Bukan Tentang Menjatuhkan, Tapi Memajukan

Dalam dunia politik, kita sering melihat persaingan sebagai upaya untuk menjatuhkan lawan. Serangan pribadi, kampanye hitam, dan penyebaran hoaks menjadi taktik yang kerap digunakan demi meraih kemenangan. Namun, model persaingan semacam ini tidak hanya merusak etika politik, tetapi juga mengikis kepercayaan publik terhadap proses demokrasi itu sendiri. Persaingan politik yang sehat seharusnya tidak berpusat pada upaya merusak lawan, tetapi pada kompetisi gagasan yang saling membangun. Setiap kandidat harus fokus pada bagaimana mereka bisa memajukan daerah yang dipimpinnya, bukan sekadar memenangkan kursi kekuasaan.

Pilkada memberikan kesempatan bagi rakyat untuk melihat berbagai gagasan dan visi pembangunan dari setiap kandidat. Jika persaingan ini dijalankan dengan fokus pada program-program nyata yang bermanfaat bagi rakyat, maka Pilkada akan menjadi ajang untuk mengangkat kualitas kehidupan masyarakat. Persaingan sehat memungkinkan pemilih untuk benar-benar menilai kandidat berdasarkan visi, misi, dan solusi yang ditawarkan, bukan pada propaganda negatif atau serangan pribadi.

Belajar dari Lawan Politik: Refleksi untuk Perbaikan Diri

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun