Mohon tunggu...
diah prajna
diah prajna Mohon Tunggu... -

penulis kecil-kecilan yang hobinya nyicil halaman demi halaman biar sebuah buku lunas ditulis... tapi sering kehabisan nutrisi ide di tengah pertapaan....

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pesan yang Tak Pernah Sampai

22 April 2013   17:30 Diperbarui: 24 Juni 2015   14:47 276
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Aku mencintainya secara kebetulan. Kebetulan yang indah mungkin. Setiap kali aku melihat wajahnya yang tenang, aku merasa bada akan berubah menjadi semilir angin yang lembut. Tapi maukah dia tersenyum untukku. Satu kali di suatu kesempatan yang tak biasa, aku coba memberanikan diri mengirimkan pesan padanya. Tapi hingga bulan berlalu, aku tak pernah mendapati jawaban masuk ke kotak suratku. Apa dia terlalu sibuh untuk membalas pesanku yang remeh? Atau dia terlalu populer untuk bisa berteman denganku? Atau mungkin, seorang wanita cantik nan sempurna sudah membuatnya mengurungkan niat untuk membalas pesanku.

Ahhh…. Kepalaku hanya berisikan tentang dia. Walaupun saat aku coba meramal peruntunganku dan dia, aku tak menemukan ikatan jodoh diantara kamu. Lalu apa yang harus aku lakukan jika aku mengingatnya saat tertawa ataupun sedih. Kalian mau tahu mengapa? Saat aku bersedih, menedengar suaranya yang aku rekam diam- diam dengan ponselku membuatku merasa tenang. Bahkan air mata yang hampir tumpah terasa mengering.Sementara saat bahagia, aku melihat senyum yang manis yang menghiasi wajahnya yang tenang.

Hari ini saat aku duduk di depan keyboard dan menari di atas tuts-tutsnya, aki ingin memberi tahu dia tentang apa yang aku rasakan. Meski mungkin dia tak akan membaca ini. Meski saat membacapun dia tak sadar ini tentang dia, aku ihklas. Aku hanya tak ingin perasaan ini terus membesar di hatiku. Membuat aku kesulitan bernapas.

Untukmu lelakipenuh warna.

Seandainya jika aku bisa meminta pada Tuhan untuk terlahir di dekat rumahmu, mungkin semua akan jadi lebih memungkinkan bagiku. Atau jika sebuah pekerjaan membuatku bisa bertegur sapa denganmu, mungkin ini akan jadi lebih mudah bagiku.Tapi saat ini semua terlalu mustahil bagiku. Bahkan untuk sekedar tersenyum padamu aku memerlukan sebuah keberuntungan.

Kamu tahu? Untuk beberapa waktu yang panjang aku tengah memimpikanmu. Aku selalu tidur dengan nyenyak jika mendengar suaramu sebelum memejamkan mata. aku masih merasa beruntung dengan semua keterbatasan antara aku dan kamu. Aku beruntung masih menyimpan senyummu di kepalaku dan menyimpan suaramu di ponselku.

Karena semuanya sudah berjalan seperti ini, aku hanya bisa berharap suatu hari nanti entah di kehidupan ini atau kehidupan lain yang akan tiba pada jitaan kali penantian, aku ingin menjadi wanitamu. Menjadi istri yang kau cintai dan bisa mengabdikan diri sepenuhnya untukmu dan anak-anak kita kelak.Meski aku lebih yakin bahwa kamu tak akan membaca ini, aku berharap ketulusanku padamu bisa membuat hatimu hangat meski kamu tak akan pernah tahu siapa aku.

bee

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun