Mohon tunggu...
Lia Yunikawati
Lia Yunikawati Mohon Tunggu... Guru - Guru Sosiologi

Saya merupakan orang yang selalu semangat dalam berkarya

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Merdeka Belajar: Memahami Proses Belajar dan Ketrampilan Berfikir

5 Juni 2023   21:19 Diperbarui: 5 Juni 2023   21:32 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi pribadi

Kurikulum merdeka tahun pelajaran ini telah sampai di pada perayaan akhir semester genap dengan diselenggarakannya Sumatif Akhir Tahun (SAT). Penilaian sumatif akhir tahun penting dalam mengevaluasi pencapaian peserta didik dan memberikan gambaran tentang tingkat keberhasilan implementasi kurikulum atau program pembelajaran. Hasilnya dapat digunakan untuk mengidentifikasi area yang perlu diperbaiki dalam pengajaran dan pembelajaran, serta membantu dalam pengambilan keputusan terkait kelulusan atau penempatan ke tingkat berikutnya. Inilah goal yang diharapkan dari adanya SAT.

Namun sudut pandang lain diperlukan untuk menyikapi SAT. moment ini merupakan ajang untuk melakukan refleksi diri bagaimana seorang guru telah melaksanakan perannya selama satu tahun pelajaran. Perlu diingat kembali bahwa Kurikulum Merdeka bertujuan untuk memberdayakan peserta didik agar menjadi pembelajar yang mandiri dan dapat mengarahkan diri sendiri dengan mendorong mereka untuk menjelajahi minat mereka, berpikir kritis, dan mengembangkan keterampilan pemecahan masalah. Nah, sudahkah guru melaksanakan tugas sesuai tujuan ini?

Implementasi Kurikulum Merdeka melibatkan perubahan dalam metode pengajaran, praktik penilaian, dan peran guru. Guru berperan sebagai fasilitator dan pemandu, menciptakan lingkungan pembelajaran yang mendukung dan menarik. Menurut Ki Hajar Dewantara, seorang guru harus menjadi seorang pendidik yang bertanggung jawab dan memiliki peran yang lebih dari sekadar penyampai informasi. Guru diharapkan dapat memberikan bimbingan dan arahan yang tepat bagi peserta didik dalam memahami dunia, mengembangkan potensi diri, dan mencapai tujuan hidup mereka.

Ki Hajar Dewantara juga mengajukan konsep "guru sebagai teman" atau "guru teman" yang menekankan pentingnya membangun hubungan yang erat antara guru dan peserta didik. Dalam posisi sebagai teman guru berjalan beringan untuk mendukung peserta didik. Bukan dibelakang untuk mendorong, bukan juga di depan untuk menarik (ngeret).

Era modern ini peran guru tidak lagi sama dengan 3 tahun yang lalu. Maka guru harus melakukan tranformasi pembelajaran. Proses belajar generasi Z, yang juga dikenal sebagai generasi digital atau generasi Internet, dapat memiliki beberapa karakteristik khusus karena mereka tumbuh dan berkembang dalam era digital yang terhubung secara online. Berikut adalah beberapa aspek yang mempengaruhi proses belajar generasi Z:

  • Teknologi yang Terintegrasi: Generasi Z tumbuh dengan teknologi yang terus berkembang, seperti smartphone, tablet, dan komputer. Mereka sering terbiasa dengan penggunaan teknologi ini sejak usia dini dan dapat memanfaatkannya dalam proses belajar mereka. Mereka cenderung menggunakan perangkat digital untuk mencari informasi, menyelesaikan tugas, berkomunikasi dengan teman sekelas, dan mengakses sumber belajar online.
  • Multitasking: Generasi Z cenderung terbiasa melakukan multitasking saat belajar. Mereka dapat dengan cepat beralih dari satu tugas ke tugas lainnya, seperti memeriksa media sosial, menonton video, atau mengirim pesan sambil mengerjakan tugas.
  • Pembelajaran Kolaboratif: Generasi Z cenderung lebih suka belajar secara kolaboratif daripada belajar secara individual. Mereka menghargai kerja tim dan berpartisipasi dalam proyek-proyek kelompok.
  • Akses Informasi yang Luas: Karena akses yang mudah ke internet, generasi Z memiliki akses yang luas terhadap berbagai informasi. Mereka dapat mencari jawaban atas pertanyaan mereka dengan cepat, mengakses sumber belajar online, dan mengikuti perkembangan terbaru dalam berbagai bidang.
  • Pembelajaran Visual dan Interaktif: Generasi Z cenderung merespons dengan baik pada pembelajaran visual dan interaktif. Mereka lebih memilih materi yang disajikan dalam bentuk video, grafik, dan gambar, dibandingkan dengan bacaan teks panjang.
  • Pendorong Kreativitas: Generasi Z sering kali dianggap sebagai generasi yang kreatif. Mereka terbiasa membuat konten digital, seperti video, blog, dan media sosial

Berdasarkan kondisi diatas seorang guru diharapkan mampu untuk mengupgrade pengerahuan agar selaras dengan jaman. Dengan berbagai kelebihan dan era belajar generasi Z maka tantangan yang muncul adalah kemampuan untuk memilah dan memfilter informasi yang valid dan relevan. Disinilah guru diharapkan mampu untuk mengarahkan bagaimana cara beljar yang benar dengan menerapkan kemapuan berfkir kritis sehingga mampu menyaring informasi. Selanjurnya adalah guru perlu memberikan pemahaman tentang bagaimana seharusnya berfikir. 

Berfikit kritis dan Analitis menjadi komponen penting yang harus dikuasai Generasi Z. Kemampuan ini dapat melalui paparan terhadap informasi yang beragam dan akses mudah ke sumber daya online. Mereka diajarkan untuk bertanya, menganalisis, dan mengevaluasi informasi sebelum mengambil kesimpulan atau membuat keputusan. Berikutnya adalah pemecahan masalah. Generasi Z memiliki kemampuan yang baik dalam memecahkan masalah karena terbiasa dengan pemecahan masalah digital sehari-hari. 

Mereka sering menghadapi tantangan dan rintangan teknologi yang memerlukan kreativitas dan pemecahan masalah. Hal ini dapat membantu mereka dalam menghadapi masalah dalam berbagai bidang kehidupan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun