Kepada Yth.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Di tempat
Salam pendidikan,
Pendidikan itu penting tapi kesehatan lebih utama. Orang dengan sedikit pengetahuan tapi sehat bisa belajar, sebaliknya yang berilmu tapi sakit, lama kelamaan kepandaiannya tumpul juga. Â
Once you stop learning, you start dying -- Albert Einstein
Wabah Corona di Indonesia dimulai awal Maret, ketika dua warga Depok, Jawa Barat dikonfirmasi positif covid-19. Setelah itu, jumlah penderita corona terus bertambah sehingga akhirnya pertengahan Maret, pemerintah memutuskan menghentikan kegiatan belajar mengajar di sekolah untuk mengurangi penularan, terutama pada anak-anak. Sistem belajar diubah menjadi online. Tak hanya sekolah, bekerja pun dari rumah. Anak belajar online, orang tua juga bekerja online.
Mendadak online ini, memang terasa berat. Sekolah tidak siap, guru meraba-raba, murid terkaget-kaget, orang tua apalagi. Tanpa persiapan materi pelajaran, fasilitas internet yang tidak memadai, dan tentu saja ketidaksiapan mental semua yang terlibat dalam pendidikan jarak jahu (PJJ) tersebut.
Survei Komisi Perlindungan Anak Indonesia - KPAI menunjukkan ketidaksiapan tersebut. Survei yang dilakukan 13-21 April 2020 di 20 provinsi dan 54 kabupaten/kota itu menunjukkan sebanyak 80 persen responden menyatakan dalam pembelajaran jarak jahu tersebut, tidak ada sama sekali interaksi antara guru dan murid. Percakapan hanya terjadi sebatas memberi dan menagih tugas. Keluhan lainnya adalah sarana belajar yang terbatas dan tugas yang terlalu banyak. Mayoritas siswa tidak senang dengan model pembelajaran ini. Â
Baca juga: Dampak Belajar Daring Terlalu Lama