Mohon tunggu...
Leanika Tanjung
Leanika Tanjung Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

The Lord is my sepherd

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Surat Terbuka untuk Menteri Pendidikan

1 Juni 2020   09:55 Diperbarui: 11 Juni 2021   08:17 4036
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Surat Terbuka untuk Menteri Pendidikan. | Kompas

Dalam dua setengah bulan menemani anak belajar (Kelas III, Sekolah Dasar), baik dari sekolah maupun program Belajar dari Rumah TVRI. Saya juga menemukan ketidaksiapan tersebut. Modul sekolah masih materi tatap muka yang ditransfer menjadi modul jarak jarak. Ada banyak materi yang tidak sesuai sehingga tidak bisa dikerjakan siswa.

Ketika belajar tentang arah mata angin misalnya di buku ada syair dan nadanya, tapi murid tidak bisa menyanyikannya. Beruntung dulu lagu ini sudah diajarkan ketika saya SD, sehingga saya bisa menyanyikannya kepada anak saya dan dia itu membantunya menyebutkan delapan arah mata angin. Dalam hal ini, harusnya ada video tentang arah mata angin tersebut lengkap dengan lagunya.

Itu baru satu contoh sederhana, masih banyak contoh lainnya terutama matematika dan olah raga yang membutuhkan materi berbentuk video, selain yang tertulis di buku tematik mereka. Video membantu mereka mengerti apa itu data dan bagaimana membuat diagram batang dari data tersebut. Dalam pelajaran olah raga, ada gerakan-gerakan di buku yang kalau di kelas, pasti dipraktikkan ibu guru dan muri-murid mengikutinya.

Sekali lagi, beruntung anak saya masih SD, saya bisa mengajari dia apa itu data dan bagaimana membuat diagram batang. Bagaimana dengan orang tua yang anaknya SMP dan SMA, saya tidak yakin semua orang tua mengerti dan bisa mengajari anak-anaknya matematika. Saya sih menyerah kalau harus mengajarkan trigonometri, sinus cosinus, dan berbagai rumus matematika lainnya.

TVRI menawarkan program Belajar dari Rumah. Saya ikut menonton program tersebut setiap pagi karena sekolahnya pada hari-hari tertentu meminta anak-anak menjawab pertanyaan dari program belajar TVRI dan dikirim ke ibu gurunya. Dari program PAUD sampai SMA, masing-masing hanya diberi waktu setengah jam. PAUD setengah jam, menampilkan 'Sesame Street' yang menurut saya baguslah sebagai alternative pembelajaran bagi anak-anak yang sedang belajar huruf, angka, dan membangun karakter.

Setengah jam berikutnya untuk kelas 1-3, 4-6, SMP dan SMA, ditayangkan berturut-turut. Penggabungan kelas seperti itu tentu saja tidak memadai buat menambah pengetahuan anak-anak. Saya kasih contoh kelas 1-3, pelajaran Matematika menampilkan video Pak Ridwan dengan taglinenya 'Belajar Matematika itu Mudah.' Tapi, karena setengah jam disatukan untuk kelas 1-3, apa yang bisa didapat anak?  

Hari ini misalnya yang ditayangkan pelajaran kelas 1, besoknya kelas dua, lalu lusanya kelas tiga. Lalu anak saya bilang, ''Inikan kelas satu.'' Dia tidak fokus lagi meski tetap menontonnya karena kewajiban tugas sekolah. Tidak ada tambahan pengetahuan yang dia dapat. Menurut saya, program belajar TVRI hanya tambahan, bukan juga alternatif, tidak bisa menjadi andalan bagi murid-murid di level manapun.

Saya harus menyimpulkan program jarak jauh yang mendadak online sangat mengurangi kualitas pendidikan yang didapat anak-anak. Baik dari sisi pengetahuan maupun bersosialisasi dengan teman-teman, guru, dan orang-orang di sekolah.

Baca juga: Belajar Daring Lebih Asyik Melalui Media Video

Program belajar online mendadak sehingga tanpa persiapan tersebut, membuat kami resah terhadap pengetahuan yang mereka terima. Tapi, kami lebih resah lagi ketika mengetahui sekolah akan dibuka Juli mendatang. Di tengah pandemi yang belum menunjukkan penurunan penyebaran, pemerintah membuka wacana, anak-anak akan kembali bersekolah tahun ajaran baru mendatang, yaitu Juli 2020.

Sebagai orang tua, yang tahu kondisi sekolah, mengerti tentang bagaimana tingkah laku anak-anak di sekolah, wacana tersebut tentu saja membuat kami gelisah dan ketakutan. Mereka pasti tidak bisa jaga jarak, jengah memakai masker, lari sana-sini, bermain di taman, lupa mencuci tangan, jajan di kantin, berbagi makanan dengan teman-temannya, dan lain sebagainya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun