Setiap manusia memiliki nilai-nilai yang menjadi pegangannya dan nilai-nilai itu menjiwai seluruh dirinya dalam berkata dan bertindak dalam perjumpaannya dengan orang lain. Nilai-nilai itu sangat diyakaninya sebagai kompas yang membawa dia pada kebahagiaan dan keselamatan. Nilai-nilai itu dipercayai sebagai yang terbaik tentunya dengan berpatokan pada nilai-nilai yang universal dimana semua orang mengakui nilai-nilai itu baik dan benar. Seorang pemimpin selalu dihadapkan dengan sebuah kenyataan yakni mengambil sebuah keputusan.Â
Saya sangat yakin bahwa seorang pemimpin dalam proses pengambilan keputusan selalu berangkat dari prinsip nilai yang sudah terintegrasi dalam dirinya. Bahwasannya apa yang menurutnya baik dan bernilai dan nilai yang terkandung dalamnya diterima oleh kebanyakan orang itulah yang menjadi prioritasnya. Artinya keputusan yang diambil oleh seorang pemimpin selalu berdasarkan nilai-nilai kebajikan universal yang sudah terintegrasi di dalam dirinya.
Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan 'coaching' (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi 'coaching' yang telah dibahas pada sebelumnya.
Kegiatan coaching merupakan langkah yang sangat baik dalam membantu seseorang mengambil keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran. Sebagaimana yang telah dijelaskan bahwa coaching sangat membantu seseorang yang sedang dalam kondisi bermasalah atau bingung dengan dirinya atau apa yang harus dilakukan untuk menemukan jalan keluar terbaik atas persoalan atau kebingungannya.Â
Dalam coaching ini, seorang coach membantu coachee untuk secara mandiri menemukan dan memutuskan jalan keluar atas persoalannya atau kebingungannya. Artinya coaching sangat membantu seseorang memutuskan apa yang harus dilakukannya atas persoalannya atau atas kebingungannya. Tentunya dengan coaching, sebelum seseorang memutuskan sesuatu selalu ada ruang untuk melihat dan menguji kekeliruan dan dampak buruk dari sebuah keputusan.
Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?
Guru adalah seorang pemimpin pembelajaran. Sebagai pemimpin pembelajaran seorang guru akan selalu mengambil keputusan berkaitan dengan tugasnya. Untuk dapat mengambil keputusan yang bijaksana, seorang pemimpin juga harus memiliki keterampilan sosial emosional selain memiliki pengetahuan dan hal-hal yang lainnya. Keterampilan sosial emosional sangat berpengaruh terhadap pengambilan keputusan khususnya masalah dilema etika.Â
Seseorang pemimpin yang menyadari dan mampu mengelola aspek social dan emosionalnya akan mampu membuat keputusan saat mengahadapi masalah dilemma etika. Seorang pemimpin saat menghadapi malasah dilema etika dan ketika hendak membuat keputusan kepadanya dituntut kesadaran sosial emosional. Pada kondisi ini seorang pemimpin harus memiliki kesadaran diri agar dia menyadari siapa dirinya dan apa saja nilai yang dihayatinya dan nilai itu sesuai dengan nilai-nilai kebajikan universal agar dalam mengambil keputusan dia tidak bertentangan dengan nilai-nilai kebajikan universal tersebut. Seorang pengambil keputusan juga harus memiliki managemn diri yang baik agar mampu mengambil keputusan secara cepat dan tepat, bukan bertele-tele dan tidak tepat sasaran.
Seorang pengambil keputusan juga harus memiliki kesadaran sosial. Hal ini bertujuan agar keputusan yang diambilnya didasarkan rasa kepeduliannya (Care-Based Thingking). Bukan hanya berdasarkan cara berpikir hasil akhir (Ends-Based Thingking) Â atau karena aturan (Rule-Based Thingkin) saja. Selain itu, untuk menyadarkan seorang pengambil keputusan bagaimana kalau keputusan serupa diberlakukan kepadanya. Seorang pengambil keputusan juga harus memiliki keterampilan berelasi agar dia tidak bergelut sendiri dengan persoalannya dan mengambil keputusan sendiri, tetapi dia mamu berkomunikasi, berdiskusi dan berkolaborasi dengan berbagai pihak agar keputusan yang betul-betul bijaksana karena dipikirkan dan diselesiakan oleh banyak orang. Dan yang terakhir, seorang pengambil keputusan harus mampu mengambil keputusan yang bertanggungjawab. Seorang pengambil keputusan adalah penanggungjawab utama atas keputusan yang diambil. Karena itu, sebelum keputusan difinalkan perlu dibuat pengujian atau melihat konsekuensi-konsekuensi yang timbul dari keputusan yang diambil. Â
Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?
Ada tiga dasar pengambilan keputusan yakni berpihak kepada peserta didik, nilai-nilai kebajikan universal dan bertanggungjawab. Keputusan yang berpihak dan mengutamakan kepentingan peserta didik dapat tercipta dari tangan pendidik yang memegang nilai-nilai kebajikan universal dan bertanggungjawab. Keputusan yang diambil dengan menjadikan ketiga hal itu menjadi dasarnya mampu membuat solusi tepat dari setiap permasalahan yang terjadi. Pendidik yang memegang teguh nilai-nilai kebajikan universal mampu melihat permasalahan dari berbagai sudut pandang  sehingga dapat membedakan apakah permasalahan yang dihadapi termasuk dilema etika ataukah bujukan moral. Seorang pendidik ketika dihadapkan dengan kasus-kasus yang fokus terhadap masalah moral dan etika, baik secara sadar atau pun tidak akan mampu memilahnya karena dipengaruhi oleh nilai-nilai yang dianutnya.Â