Dengan menekankan bagaimana norma-norma, identitas, dan konstruksi sosial membentuk dinamika internasional, konstruktivisme menawarkan perspektif unik. Teori ini muncul pada abad ke-20 sebagai tanggapan atas ketidakmampuan kerangka kerja konvensional dalam menjelaskan peristiwa-peristiwa penting seperti berakhirnya perang dingin.Â
Konstruktivisme berbeda dengan teori tradisional seperti realisme dan liberalisme, yang berfokus pada kekuatan material dan institusi. Teori ini berpendapat bahwa interaksi antarmanusia membentuk sistem internasional. Menyoroti bagaimana persepsi, identitas, dan interaksi sosial tidak hanya membentuk perilaku negara, tetapi juga sifat dasar hubungan internasional itu sendiri.Â
Disini kita akan membahas mengenai prinsip-prinsip dasar konstruktivisme, serta dampaknya terhadap tindakan negara dan politik global saat ini. Salah satu prinsip utama konstruktivisme adalah bahwa pandangan dan keyakinan memiliki dampak yang signifikan terhadap hubungan internasional. Konstruktivis berpendapat bahwa negara termotivasi oleh identitas dan persepsi mereka serta kepentingan material.Â
Contohnya, identitas sebuah negara dapat memengaruhi keputusan kebijakan di luar negeri, sebuah negara dapat bertindak agresif atau kooperatif berdasarkan persepsi mereka terhadap diri mereka sendiri dan orang lain di arena global.
Konstruktivisme menekankan bahwa norma-norma sangat penting untuk membentuk perilaku negara. Norma adalah keyakinan umum tentang perilaku yang tepat dalam situasi tertentu.Â
Untuk menetapkan standar untuk tindakan seperti intervensi kemanusiaan atau non-proliferasi senjata, standar ini sangat penting. Pergeseran norma-norma ini dapat menyebabkan perubahan besar dalam cara negara-negara berinteraksi satu sama lain secara historis.
Dalam menangani masalah global modern seperti terorisme dan perubahan iklim, konstruktivisme sangat relevan. Untuk menghadapi tantangan ini, kita harus bekerja sama dalam kerangka kerja yang didasarkan pada nilai-nilai dan identitas kita bersama, bukan hanya mempertimbangkan kekuatan kita.Â
Metode konstruktivis mendorong negara untuk berbicara dan memahami satu sama lain, mendorong kerja sama untuk memecahkan masalah yang kompleks yang mencakup lebih dari satu negara.
Para konstruktivis menantang pernyataan realis bahwa anarki secara inheren mendikte perilaku negara. Mereka berpendapat bahwa "anarki adalah apa yang dibuat oleh negara," dengan menekankan bahwa para aktor memberikan makna yang berbeda-beda pada keadaan mereka berdasarkan konteks sejarah, budaya, dan norma-norma sosial.Â
Fleksibilitas interpretatif ini memungkinkan adanya respons yang beragam terhadap tantangan yang serupa, dengan demikian, dua negara dapat memandang ancaman keamanan secara berbeda berdasarkan identitas unik atau hubungan historis mereka satu sama lain.
Sebagai kesimpulan, konstruktivisme menekankan pentingnya konstruksi sosial daripada unsur-unsur material dalam hubungan internasional. Teori konstruktivis meningkatkan pemahaman kita tentang bagaimana perilaku negara dipengaruhi oleh norma, identitas, dan nilai-nilai bersama. Untuk menangani masalah baru dengan sukses, akan sangat penting untuk mengadopsi perspektif ini karena politik global terus berubah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H