Bola itu bundar dan dapat dianalisis dari berbagai sisi. Menyaksikan pertandingan Indonesia dan Philipina yang kedua saya melihat perbedaan yang sangat mencolok dari sosok Younghusband bersaudara. Pada pertandingan yang pertama keduanya terlihat sangat temperamental. Kena senggol pemain Indonesia sedikit saja maunya mengajak berantem dan cara bermainnya kemudian menjadi lebih brutal. Saya saat menonton melalui layar televisi pun berulang-ulang (berniat) memberi nasehat pada pemain Indonesia untuk tidak usah dekat-dekat dengan mereka yang seperti gunung siap meletus. Lebih baik fokus mencari bola dan mencetak gol dari pada buang-buang waktu saling dorong dengan mereka, kan?
Namun apa yang terlihat pada pertandingan kedua? Mereka lebih manis dan berusaha untuk lebih bisa mengendalikan emosi. Teman saya berkomentar, " Kemarin Ia diwawancara,Mbak. Saat ke mall Ia sebenarnya takut dengan orang-orang Indonesia tapi ternyata orang Indonesia sangat ramah jika Ia terlebih dulu senyum pada orang Indonesia".Ooo, begitu....Sayang sekali saat itu saya tidak menonton tayangannya. Jadi, sikap mereka lebih lembut di lapangan apakah karena telah mengetahui bahwa masyarakat Indonesia sangat ramah bahkan pada "musuh" mereka ? Ataukah Ia ditaksir atau sedang naksir gadis Indonesia? Wah, kalau yang terakhir ini saya menjamin Ibu dan keluarga mereka pasti akan sangat mendukung. Mengapa? Secara fisik mereka akan sangat "laku" disini. Bisa jadi juga berbagai produk akan mempercayakan pada mereka untuk sebagai model. Jadi,karir sebagai pemain sepak bola, model iklan, maupun urusan keluarga bisa berjalan lancar. Bukankah demikian?Dan ingat juga Maribeth sang Denpasar Moon pun merasa at home meski belum beruntung menemukan pasangan hidupnya disini (Ayo, para penggemar sepak bola ada yang mau serius dengan Maribeth?).
Lalu mengenai Markus yang saya lihat sering kali ingin meniru Neil Etheridge, yaitu mengejar bola sampai jauh dari gawang. Kalau Neil bisa demikian karena di kanan dan kirinya sepi dan tidak penuh pemain lawan, tapi Markus ? Kanan, kiri,depan banyak pemain lawan koq masih juga ingin pergi jauh dari gawang. Yak,opo...kata teman dari Surabaya. Untung saja para pemain belakang kita siap mengamankan gawang dan untungnya juga mereka masih ingat kalau mereka bukan penjaga gawang. Bisa berabe kalau mereka tiba-tiba langsung merasa sebagai penjaga gawang dan menangkap bola yang mengarah ke gawang menggunakan tangan, kan? Aduh Markus, sudahlah....Kiki Amalia tetap cinta sama anda koq meski anda tidak setampan dan seputih Neil Etheridge. Tenang saja...Iya kan, Ki?
Mengenai Greatwitch yang mendapat hadiah "angpao" (kartu merah) dari wasit teman saya langsung teriak,"Mampus lu!" (eh,nggak boleh...mereka tamu kita. Harus sopan dengan tamu, Sist..).Meski memang kita sebagai penonton gemas juga dengan ulah dia dan juga ulah Del Rosario yang selalu memancing-mancing emosi pemain Timnas kita. Teman saya tanya lagi," Eh, Mbak...Katanya dia dari New Jersey AS, koq pinoy banget ya?" Wah, kalau itu saya tidak bisa jawab. Prosentase kan Tuhan yang atur. Siapa tahu jatah dia 90%-nya yang dari Philipina.
Nah, pertandingan Timnas kita dengan Timnas Philipina yang banyak menyita perhatian telah selesai.Tiba saatnya kita memberi dukungan penuh pada Timnas yang akan bertanding melawan Timnas Malaysia. Jangan mau kalau kalian di klaim oleh mereka,ya? Apalagi sampai diklaim bahwa Bambang Pamungkas, Irfan Bachdim, dan Christian Gonzales adalah warga negara Malaysia. Jangan mau, pokoknya...Take care and Good Luck!
(Tulisan ini saya buat karena pertandingan Indonesia vs Philipina telah selesai dan Indonesia memenangkannya. Kalau belum, saya tidak bisa serileks ini. Mohon tidak diambil hati. Sekedar share saja)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H