Mohon tunggu...
Aini Lutfiyah
Aini Lutfiyah Mohon Tunggu... lainnya -

Less is More

Selanjutnya

Tutup

Catatan

This Time is for Shakira

26 Juni 2010   04:12 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:16 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lagu Waka Waka sering kita dengar akhir-akhir ini berbarengan dengan ajang Piala Dunia yang telah sampai pada perdelapan final. Tidak salah lagi, ya….Shakira ! Shakira yang cantik, selalu terlihat bugar, dan memiliki suara khas seperti suara nenek cantik, Cher makin akrab saja dengan kita (meski tentu dia tidak kenal dengan kita). Di dalam buku Efek Medici yang saya baca satu tahun lalu, Shakira adalah salah satu fenomena di samping fenomena kemajuan ekonomi India dan China. Sosoknya seakan-akan mengambil semua potensi dari 5 benua.Ia menjadi titik temu. Sukses tanpa syarat administratif, itu bahasa saya. Faktor terpenting adalah komitmen untuk mengeksplorasi potensi yang ada . Alam mikro yaitu tubuh kita, Tuhan ciptakan penuh dengan potensi. Tidak ada yang sia-sia. [caption id="attachment_177904" align="alignleft" width="194" caption="Shakira(www.google.com)"][/caption] Sejak tahun 2004 saya berusaha untuk mencari bukti bahwa anak seperti kertas putih (Tabula Rasa;Duns Scotus/Locke). Benarkah anak didik saya di kelompok usia 5-6 tahun Taman Kanak-Kanak adalah kertas putih ? Hasil pengamatan saya, untuk masalah spiritual atau ibadah dalam arti sempit, jawaban saya Yes. Namun untuk potensi, saya jawab dengan tegas : No ! Mereka dan tentu saja kita telah Tuhan anugerahi banyak sekali potensi. Apakah kita harus memulainya dari sekarang ? Kalau kita mau dan Tuhan memberikan keberuntungan, kun fa yakun...out of the blue, pasti bisa terjadi. Richard Feynman, peraih Nobel mulai belajar melukis di atas umur 35 tahun untuk mengurangi kejenuhan saat melakukan kegiatan penelitian dan hasilnya memuaskan. Tidak ada kata terlambat.Hasil tentu akan lebih maksimal kalau ini kita lakukan pada generasi bangsa kita sejak usia dini. India dan China telah jauh mendahului langkah kita. Mungkin ada diantara kita yang belum mengetahui saat kita menelpon operator untuk sambungan telepon Internasional yang menjawab adalah sang operator berpakaian Sari yang berada di India meski yang kita pencet adalah nomor untuk AS. Bumi yang kita pijak cukuplah untuk kita pijak jangan sampai mengubur atau bahkan menenggelamkan kaki kita. Nah, yang menjadi pertanyaan untuk kita adalah apa yang memotivasi kita berkarya selama ini ? Bekerja profesional (to have) untuk memiliki 4 TA yaitu harta, tahta, kata (pujian), dan cinta ataukah bekerja dalam tataran “to be” yang lebih bernilai jangka panjang dan sering kita maknai sebagai aktualisasi diri, bekerja sebagai ibadah, kepercayaan atau pengabdian ? Bekerja tanpa dinikmati hanya akan membebani hidup kita karena hidup hanya dibatasi dengan jarum jam padahal esensi hidup bukan seperti itu. Saya tidak bermaksud menggurui dan ini juga bukan kuis, jawabannya kembali pada diri kita masing-masing. Yuk, mari kita bersama-sama menyanyi…. You’re a good soldier Choosing your battles Pick yourself up And dust yourself off Get back in the saddle You’re on the front line Everyone’s watching You know it’s serious We’re getting closer This isn’t over …………………..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun