Dengan lokasi sekolah di dekat sawah dan dekat cekungan mau tidak mau ketika hujan mengguyur kota kecil ini, misalkan 2x24 jam saja air sudah menggenang masuk ke halaman sekolah dan bisa dipastikan anak-anak akan lebih aman untuk berada di kamar dari pada belajar di sekolah. Untunglah, hujan deras itu terjadi sejak Sabtu malam sampai kemarin sore sehingga pagi ini hampir 100% anak berangkat sekolah.Mudah-mudahan....
Tetes-tetes sisa air hujan masih ada beberapa yang menggantung di ujung daun. Saya suka sekali, apalagi matahari cukup bersahabat sehingga tetes-tetes hujan itupun rela mengucapkan selamat tinggal pada daun. Perpisahan yang tidak perlu menyisakan keharuan. Bukankah gerak alam memang demikian ? Datang dan pergi adalah hal yang wajar. Kebersamaan memang berbunga keceriaan tapi apakah akan selalu demikian ? Kalau bersama namun harus mematikan potensi salah satu pihak ? Oh, No Way ! Ini dunia, Bung ! Kita semua butuh hidup...
" Bu Guru.......! " Teriak salah satu muridku, Yanuar.
" Hai, Yanuar..." Sapaku sambil menyongsongnya di pintu gerbang.
" Saya nanti mau cerita, boleh ?" Tanya Yanuar.
" Boleh sekali, Bu Guru suka anak yang berani tampil ke depan ". Jawabku sambil mengelus kepalanya. Senang sekali melihat ada anak yang memiliki inisiatif seperti ini.
Di kelas. Setelah do'a pembuka kegiatan, Yanuar sudah ada di depan kelas. Ia mulai bercerita.....
" Kemarin waktu hujan sudah mulai reda, aku pulang dari toko dengan naik sepeda. Tapi langit masih gelap aku takut akan turun hujan lagi, jadi aku kayuh sepeda kuat sekali tapi ternyata di jalan depan sekolah, disitu....banjir. Mungkin karena air sungai meluap. Sepeda aku kayuh lebih kuat....." Tangan Yanuar seakan-akan masih berada di stang, beberapa teman menirukan gerakan tangan Yanuar, beberapa anak putri menatapnya dengan sorot mata kasihan.
" Tapi, Bu Guru.........." Yanuar menghentikan ceritanya dan menghadapkan wajahnya ke saya.
" Bagaimana, Yanuar ?" Aku rangkul pundak Yanuar.