Sam membawa perlengkapan yang kemungkinan besar kami butuhkan. Kali ini aku dan Sam tidak menaiki kuda melainkan mobil.
"Posisi kita tadi malam telah mereka ketahui, jadi lebih baik kita mencari tempat lain untuk mengintai. Ini memang agak memutar." Kata Sam.
"Kita akan ke desa sebelah. Mobil ini akan kita titipkan di rumah guru konseling di sekolah yang didirikan oleh orang tuaku. Beliau bernama Ibu Patricia. Baru kemudian kita berjalan kaki ke atas bukit. Itu tidak jauh di belakang rumah rumah beliau. Itu merupakan bukit tertinggi dan lebih dekat ke posisi tadi malam." Sambungnya.
"Itu merupakan posisi terbaik untuk mengintai, tapi apakah juga posisi terbaik untuk memulai perjalanan masuk ke dalam hutan sana ?" Tanyaku.
"Aku kurang begitu tahu." Jawab Sam.
"Kau bawa teropong juga, kan ?" Tanyaku lagi.
"Ya."
"Bagus. Jadi kita bisa memperkirakan jurang maupun tebing yang harus kita hindari untuk menghemat tenaga. Umm, Sam...."
" Ya ?"
"Bisa jadi tidak ada satu minggu lagi aku di Wacola ini."
"Apa ? Apa yang terjadi ?" Sam tampak terkejut . Ia mendadak menginjak rem dan menghentikan laju mobilnya lalu menatapku dengan mata menyelidik. Aku yakin semua wanita akan langsung jatuh cinta ditatapnya demikian namun entahlah aku lebih menganggapnya sebagai sahabat atau paling dekat adalah sebagai saudara.