Mohon tunggu...
Aini Lutfiyah
Aini Lutfiyah Mohon Tunggu... lainnya -

Less is More

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Pernikahan Gerhana (14)

11 September 2012   11:00 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:37 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

" Janet, saat kau dengan Sharon sudah pergi. Aku dan Sam naik ke atas pohon lagi untuk mencari kemungkinan dimana orang-orang itu membawa ayahmu. Sam melihat sinar berpendar dan asap mengepul  di kejauhan. Kemungkinan besar disitulah mereka. Esok pagi aku dan Sam akan memastikan bahwa itulah posisi mereka baru kemudian kita bisa mencari strategi untuk menyelamatkan ayahmu. Semoga ayahmu masih bersabar untuk menunggu kedatangan kita. Mengapa kami lama sampai disini karena aku tertidur lagi saat di kuda bersama dengan Sam sehingga Sam meminta Kuupe berjalan dengan pelan. Hanya itu yang bisa aku ceritakan. Maafkan aku kalau itu menyakitimu, Janet. " Dada dan punggung Janet kembali terguncang setelah mendengar penjelasanku. Ketika guncangan itu melambat barulah aku berani mendekati tubuh Janet dan memegang pundaknya dari belakang.

"Kau butuh minum, Janet ?" Tanyaku.

"Nanti aku mengambil sendiri." Jawab Janet dengan lirih.

"Kalau begitu aku tidur dulu. Di kursi dekat jendela itu sepertinya lumayan nyaman. Aku ambil bantal-bantal ini, ya ?"

"Ya." Selesai menjawab kata-kataku, kembali dada dan punggung janet terguncang.

"Janet, sudahlah. Sudah cukup kau menangis. Sekarang yang harus kita pikirkan adalah bagaimana cara menyelamatkan ayahmu dari dalam hutan sana dan itu membutuhkan fisik yang prima. Aku tahu tubuhmu pasti terasa pegal seperti tubuhku. Air hangat di kamar mandi Sam bisa membuat badan kita kembali segar dan peredaran darah lancar. Coba sendiri sana ! Aku mau tidur dulu...."

Aku pegang rahang kananku yang terkena pukulan tangan Janet. Terasa sangat ngilu.Apa maksud semua ini ? Apakah aku masih harus di Wacola ini ataukah ini sudah saatnya aku pergi ? Di telingaku seakan-akan ada suara berbisik, " Serahkan Wacola pada orang-orang Wacola." Tapi Wacola yang siapa ? Keluarga Sam menahanku untuk tetap disini, Janet baru saja menginginkan aku pergi, lalu Pedro dan Joana ? Hugo ? Tanpa terjawab, pertanyaan-pertanyaan itupun tenggelam bersama dengan lunglainya tubuhku di pelukan sang malam dan baru terbangun ketika mendengar suara Sam mengetuk pintu. Saat akan bangkit dari kursi aku baru menyadari bahwa saat aku tertidur Janet telah memasangkan selimut ke atas  tubuhku. Ia sendiri telah berganti pakaian dengan pakaian terhangat yang ia bawa.

********************

(Bersambung)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun