Mohon tunggu...
Aini Lutfiyah
Aini Lutfiyah Mohon Tunggu... lainnya -

Less is More

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Ocean of Love - Super Tuesday!

25 April 2010   11:07 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:35 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Apakah cinta memang datang terlambat di kehidupanku ? Untuk pertanyaan ini aku memiliki beberapa opsi jawaban. Kalau cinta diterjemahkan sebagai senyum termanis yang aku berikan untuk lawan jenis maka cinta itu berarti untuk penjaga toko bangunan yang mirip dengan Hua Che Lai. Saat itu aku yang masih kelas 6 Sekolah Dasar membeli cat kayu untuk acara kepanduan. Kalau cinta itu dihubungkan dengan hati yang berdebar-debar, maka berarti cinta itu aku rasakan saat teman sekelasku di kelas 7-9 sering menatapku lekat. Ia benar-benar mirip Edward Cullen di Twilight-New Moon Saga. Kalau cinta sebagai sebuah pernyataan i love you dan aku menjawab i love you too, maka itu berarti untuk rekan acara di bawah Gunung Blanket. Dia orang Denpasar. Hatiku berbunga-bunga ketika menerima surat darinya di SMU. 2 % mungkin karena dia aku memutuskan untuk kuliah mengambil jurusan Ilmu Hubungan Internasional. Terakhir, kalau cinta diartikan sebagai segalanya, itu berarti milik Mustapha Alchemy. Dia teman dari sahabat dekatku, Phoebe Taylor. Phoebe mengenalkan Mustapha pada bulan kedua aku kuliah. Mustapha kakak tingkat 1 tahun diatas kami. Berkaca mata, rambut sebahu, dan menurut Phoebe sering mengenakan sweater saat kuliah. Hari itu adalah hari Selasa. Ia sedang memainkan piano yang ada di tengah padang rumput kampus. Aku, Phoebe, dan Cathy baru saja selesai makan. " Hey, itu kan Mustapha.....!" Teriak Phoebe. Phoebe berlari-lari menghampiri Mustapha. Aku dan Cathy menyusul di belakangnya. " Lama tidak kelihatan. Kenalkan ini teman-temanku, Annemarie dan Cathy." Kata Phoebe. Kami berjabat tangan. Tiba-tiba Mustapha tersenyum ke arahku. " Ini ada lagu buatmu. Mudah-mudahan suka.." Kami bertiga terbengong. Seenaknya sendiri memberikan lagu pada orang yang baru di kenal tanpa diminta terlebih dahulu namun satu detik kemudian aku melihat keteduhan dan kesungguhan di wajahnya. Lagu Endless Love..... " Oh ya, sudah dulu. Aku ada kuliah." Mustapha menghentikan lagu yang Ia mainkan. Kami bertiga mengangguk. Phoebe dan Cathy tertawa terbahak sambil menepuk bahuku. " Dia suka sama kamu, Ann..." Bisik Phoebe. " Masak sih..." Jawabku datar. " Lihat saja...." Kata Phoebe dan Cathy nyaris bersamaan. Aku berusaha terlihat biasa-biasa saja meski tak urung kejadian itu sempat mengganggu tidur malamku. " Ah, tidak mungkin Ia belum memiliki orang yang spesial. Mungkin pacarnya pernah memakai baju yang sama dengan yang aku pakai tadi." Aku set pikiranku dan baru bisa tidur dengan lelap. Hari-hari berikutnya seperti biasa;kuliah,perpustakaan,jalan-jalan, mengerjakan tugas.....Phoebe dan Cathy kadang berusaha membuka pembicaraan tentang Mustapha. " Please dong. Nggak usah ngomongin itu..." Aku mengatakan itu sambil pura-pura membaca draft makalah kelompok kami yang belum selesai. Aku tidak mau mereka membaca sesuatu yang ganjil dimataku dan sedang berusaha aku tutupi. Hari Selasa. Tidak biasa. Phoebe dan Cathy akan berangkat agak siang padahal tugas makalah kelompok masih kurang buku-buku acuan. Biarlah, tidak apa-apa. Meski baru sekitar 4 bulan kenal mereka pada masa pendaftaran dulu, aku merasa seperti sudah kenal mereka sejak lama. Aku pun nyaman bersahabat dengan mereka. Phoebe memiliki kepribadian yang hidup. Senyumnya tidak kalah dengan Julia Robert tapi dia mengaku masih ingin sendiri dulu padahal aku yakin sejak menginjakkan kaki pertama kali di kampus ini pasti banyak yang mencoba menarik perhatiannya. Lain Phoebe lain lagi Cathy. Dia penggemar musik jazz. Foto artis kesayangannya sejak masih bayi hingga jenggotan seperti sekarang Ia punya dan di pajang dikamarnya. Cathy adalah pacar Anthony. Menurut Cathy, Anthony mirip dengan Alexandro Del Piero. Entahlah yang mirip apanya tapi aku appreciate dengan pilihannya. " Phoebe, Cathy... Aku duluan ya," Kataku pada mereka. Phoebe dan Cathy sedang membaca surat kabar di teras. Kami memang tinggal satu rumah di perumahan belakang kampus. Aku lirik di meja depan mereka ada ponsel. Pagi-pagi begini teman-teman kampus tidak mungkin ada yang menghubungi. MP3 juga dimatikan. Mungkin mereka sedang menunggu telepon dari keluarga mereka. Tidak enak jalan sendiri, kebetulan aku bertemu dengan Sophia, mahasiswi jurusan Manajemen. Pacar Sophia seorang aktivis kampus. Tidak ada 15 menit aku sampai di kampus.Sophia akan mengikuti sebuah seminar, dia langsung menuju hall sementara aku mengambil jalan agak memutar menuju gedung perpustakaan melewati padang rumput kampus. Tiba-tiba..... " Ann......! Aku mencari suara yang memanggilku. Oh, Mustapha....Dia berjalan ke arahku sambil terus mengembang. Aku agak salah tingkah juga tapi aku berusaha bersikap wajar. " Kemana?" " Perpus.." " Sepagi ini ?" " Ya, sambil menunggu buka," " Kesana dulu, yuk..." Aku mengikuti langkah Mustapha yang berjalan ke arah piano di sana. " Apakah piano itu di sini terus ?" Tanyaku " Kondisional. Kalau musim hujan jelas tidak mungkin,heheheeee....Sudah, mau nyanyi apa ?" Mustapha menatap wajahku. Aku berusaha membuang pandangan sekenaku, ke kanan, ke kiri, ke atas... " Belum ada awan ya, masih pagi." Aku berusaha keras dengan segala cara mengusir rasa kikuk. " Mau nyanyi Awan Putih ?" Jari-jari Mustapha mulai memainkan tuts-tuts piano. Tenggorokanku tercekat. Bukankah aku terbiasa menyanyi diiringi gitar saat camping? Aku sering menyanyikan lagu Boulevard saat camping di SMU dan First Love-nya Nikka Costa saat camping di Sekolah Dasar. Di rumah aku sering berlagak bak seorang soprano tapi dimana suaraku sekarang? "Ayo....," Bujuk Mustapha. My God, apakah suaraku telah Engkau ambil? Aku tidak mau mengecewakan orang ini. Aku pun menyanyi dengan tertatih dan setengah berbisik menggunakan suaraku yang tersisa. Ku lihat awan Seputih kapas Arak berarak di langit luas Andai ku dapat kesana terbang Akan ku raih ku bawa pulang Lagu selesai, Mustapha tergelak. " Aku suka." " Apanya ?" " Aku suka kamu." " Maksudnya?" " Aku mencintaimu, Ann." Tatapan Mustapha sangat lembut. " Kamu?" Tanya Mustapha. " Aku juga." Oh God, aku seperti Ella Enchanted yamg termantrai oleh peri patuh dan tidak bisa mengendalikan diri. Seperti tersihir aku mengatakan apa yang ada dihatiku. Sambil tergelak Mustapha menusap-usap kepalaku. " Jangan anggap aku anak kecil." Harga diriku mulai muncul. " Iya, ya...," Jawab Mustapha sambil tersenyum. Tiba-tiba... " Ann, Mustapha....! Kepala Phoebe dan Cathy melongok keluar dari jendela perpustakaan di lantai 3. Mulut mereka tertawa lebar sambil mengacungkan ibu jari mereka. Aku menggeram. Ku acungkan tinjuku ke arah mereka. Lagi-lagi Mustapha tergelak. Phoebe dan Cathy meringis sambil mengangguk-angguk. Pasti mereka di tegur oleh petugas perpustakaan. Rasain... Hari semakin indah ketika Phoebe memutuskan untuk menerima cinta Jeremy tepat satu minggu setelah aku resmi menjadi kekasih Mustapha. Super Tuesday ! " Aku kuliah sambil kerja." Kata Mustapha ketika aku memperhatikan isi kamar di kontrakannya. Aku menghampiri sebuah keyboard di dekat tempat tidur. Beberapa kertas bertuliskan kecambah-kecambah ada di situ. Aku harus menyontek dari buku seni musik untuk tahu mana yang la, fa, atau re dari kecambah-kecambah itu. " Aku dulu kerja di Produksi Z-Radio," Sambungnya. " Kalau sekarang ?" Tanyaku. " Mengajar di sebuah Taman Kanak-Kanak. Kapan-kapan aku ajak kamu kesana." Jawab Mustapha. " Apakah mobil di garasi itu hasil dari mengajar di Taman Kanak-Kanak?" Tanyaku menggoda. My Mom guru Taman Kanak-Kanak, jadi aku tahu berapa gaji seorang guru Taman Kanak-Kanak. Mustapha tergelak. " Nggak lah, itu dari orang tuaku. Aku belum bisa beli sendiri." " Mengapa kerja di Taman Kanak-Kanak ?" Tanyaku lagi " Aku suka. Lagi pula aku sudah semakin tua. Biar lebih dapat saja kalau jadi seorang ayah." Jawab Mustapha serius. " Dapat apanya?" Aku tersenyum ke arah Mustapha.Mustapha terdiam. Ia menuju keyboardnya. Lagu Endless Love kembali terdengar. Lagu sebuah awal perjalanan. Bukan sekedar perjalanan cinta melainkan perjalanan hidup aku dan Mustapha. Waktu yang akan menguji hingga aku menjadi seorang guru Taman Kanak-Kanak di Shinevalley ini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun