Mohon tunggu...
Aini Lutfiyah
Aini Lutfiyah Mohon Tunggu... lainnya -

Less is More

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Ocean of Love - Karpet Merah

2 Mei 2010   15:48 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:27 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Secara umum orang yang memiliki golongan darah A dikatakan sebagai pribadi yang perfeksionis sementara golongan darah O bersifat murah hati. Hatiku melambung ketika sebuah buku menuliskan bahwa di Jepang banyak pemimpin di sana yang memiliki golongan darah O karena memiliki leadership yang kuat.Kebanyakan atlet pun juga dari para manusia O. Namun apakah aku pantas membanggakan hal itu ?

Manusia O di rumahku adalah aku, ayah, dan Jonas sementara Mom, Sarah, dan Josh memiliki golongan darah A.kami, para manusia O memiliki benda kesayangan yang sama yaitu sebuah kaca pembesar atau lup. Entah karena apa ayahku tertarik untuk membeli benda itu. Menurut perkiraanku bisa jadi agar dapat membaca buku-buku tanpa harus menggunakan kaca mata karena aku sering melihatnya demikian. Kaca pembesar untuk Jonas lebih untuk menyalakan daun-daun kering di “laboratorium” ciptaannya yang berada di belakang rumah. Dengan menggunakan kaleng susu bekas Jonas membuat kristal dari gula pasir atau garam yang diambil dari dapur. Dibuatnya tungku dari batu bata lalu dibawahnya diberi ranting-ranting kering sebagai bahan bakar. Sejak kecil Jonas memang sudah menunjukkan minat eksperimen. Jonas juga sering membawa pulangkerikil-kerikil pipih berbentuk segitiga, persegi panjang, bintang, bulat yang benar-benar bulat, trapesium juga ada yang berbentuk jajaran genjang. Kerikil-kerikil itu aku temukan di saku celana milik Jonas yang ada di tumpukan baju kotor saat aku membantuMom memilah pakaian yang akan di cuci sesuai tingkat kekotorannya. Jonas kemungkinan mendapatkan kerikil-kerikil itu dari Sungai Jeram atau Sungai Mree yang berada tidak jauh dari Sungai Jeram.

Kaca pembesar untuk aku adalah untuk memudahkanku mengamati gambar-gambar di perangko-perangko bekas yang aku koleksi. Aku memiliki banyak perangko bekas meski tidak sebanyak yang dimiliki oleh para kolektor yang aku lihat di majalah remaja atau televisi. Perangko-perangko itu aku dapatkan melalui berbagai cara. Aku menyebutnya cara yang halal dan haram. Cara yang halal adalah dari Sarah, teman-teman Sarah, saudara jauh atausurat-surat balasan dari stasiun radio-radio asing. Cara haram yaitu dari surat-surat balasan stasiun-stasiun radio asing juga namun tidak menggunakan namaku melainkan nama ayah, Mom, Sarah, Josh, atau Jonas. Aku sengaja menggunakan nama-nama mereka juga agar mendapatkan perangko bekas lebih banyak dari surat-surat balasan. karena di surat-surat itu aku menulis bahwa aku meminta mereka mengirimiku perangko-perangko bekas untuk aku koleksi. Stasiun-stasiun radio asing itu semua membalas surat-surat yang aku tulis dan mengirimiku perangko-perangko bekas yang aku minta. Perangko-perangko bekasku bertambah

[caption id="attachment_185973" align="alignright" width="300" caption="Foto:Dok.Pribadi"][/caption]

banyak karena minimal 6 bulan kemudian aku mengirim surat yang senada ke stasiun-stasiun radio asing itu lagi atau ke stasiun radio asing lain yang belum aku kirimi surat. Oh my God, maafkan kebohonganku ! Berhubungan dengan hal ini aku sudah meminta maaf pada seorang teman kuliah yang sekarang bekerja di Deutsche Welle. Mudah-mudahan stasiun radio asing yang lain jugamemaafkanku.

Ada kesamaan, ada juga perbedaan. Itu hal yang lumrah. Ayah selama hidup tidak bisa dipisahkan dengan radio. Hanya satu stasiun radio dalam negeri yang didengarkan oleh ayah yakni RRI, itu pun yang disiarkan oleh Pro1 atau Pro3. Ayah tidak berminat pada siaran Pro2 yang banyak hiburan dan lagu-lagu. Siaran dari stasiun radio asing ayah lebih sering mendengarkan dari BBC, karena suaranya sangat jelas. Di luar jam-jam siaran berita dan dialog, radio itu adalah milik kami, anak-anaknya atau lebih tepat menyebutnya adalah milikku karena aku pengguna radio nomor dua setelah ayah.

Aku cari stasiun-stasiun radio asing lain yang siaran menggunakan bahasa dalam negeri. Siaran yang aku tangkap adalah dari Radio Jepang, VOA, DW, Radio Australia, dan Radio Nederland Wereldomroep Di daerahku suara dari Radio jepang dan VOA kurang jelas, kabur angin. So, aku tidak bertahan lama. DW lebih lama dari keduanya. Dari DW aku pernah meresume etika perang pada zaman dulu. Dari situ juga aku mengetahui nama-nama komposer musik klasik yang ternyata tidak hanya Mozart dan Beethoven. Lebih lama lagi adalah Radio Australia. Aku dan Sarah sering menjawab kuis, tidak masalah menang atau kalah. Radio BBC Seksi Indonesia yang paling eksis apalagi dengan dukungan ayah namun sekarang yang masih mengirim buletin ke rumah hanya Radio Nederland. Banyak acara-acara budaya yang yang diselenggarakan di sana termuat di situ.

Bagi manusia O Jonas, buku adalah surga kedua setelah “laboratorium”yang ada di belakang rumah. Dia bisa tidur lupa diatas buku-buku yang halamannya terbuka dan kami tidak boleh menutupnya. Kalau Mom mengatakan belajarlah jam 03.00 AM karena para malaikat akan membantumu, Jonas lebih ekstrim lagi.Menurut Jonas selain jam waktu yang disebutkan Mom itu para malaikat kapan pun akan membantunya asal halaman-halaman buku itu dibiarkan terbuka !

Radio adalah ayah, dan buku adalah Jonas. Bisa dikata karpet merah adalah aku, Annemarie. Kalau ada karpet merah digelar berarti aku ada di rumah karena karpet itu selalu disimpan dan hanya saat-saat tertentu karpet itu digunakan. Aku menyukainya, nyaman dan mengerjakan apapun diatasnya tidak akan datang rasa kantuk meski sambil duduk santai bersandar atau pun berbaring . Diatasnya aku leluasa melihat-lihat perangko bekas koleksiku, mendengarkan radio milik ayah atau membaca buku-buku milik Jonas yang bisa aku pahami. Teristimewa lagi, kalau ada yang duduk didekatku aku merasa sangat dekat. Tumbuh satu jerawat di wajah Sarah pun aku mengetahuinya, bisa menyentuhnya, dan menanyakan apa sebabnya. Sampai saat ini karpet merah itu masih tetap istimewa buatku meski telah agak bergeser fungsinya. Saat di rumah, diatasnya aku sering mengerjakan tugas-tugasku sebagai guru taman kanak-kanak yang aku bawa pulang.

Aku merasa bersyukur dianugerahi Tuhan golongan darah O, leadership bisa jadi kami bertiga memilikinya.Murah hati? Akh,itu sangat ayah dan adikku.Kalau aku cenderung asertif.Sport?bisa jadi ayah dan adikku cocoknya untuk olah raga catur. Kalau aku sejak kelas 7 sekolah dasar memang selalu masuk tim inti volley ball. Namun mengingat begitu banyaknya pantangan yang aku langgar mungkin aku harus berpikir ulang tentang kebanggaanku memiliki golongan darah O. Diet golongan darah yang Jonas anjurkan karena kami sebagai manusia O lebih cenderung sebagai carnivora saja tidak aku lakukan sepenuhnya. Aku merasa sekuat popeye yang telah bayam setelah aku mengkonsumsi produk olahan susu yang seharusnya dihindari oleh orang golongan darah O. Aku bisa mentolerir berpantangan dengan daun strawberry karena seumur hidup aku tidak pernah memakannya tapi kalau yogurt? Oooh, tidak…..Mungkin kalau suatu hari nanti aku berniat sunggus-sungguh melakukannya haruslah dengan pakar gizi yang lebih bijaksana dibanding Jonas.Ugh, Jonas selalu membuatku inferior dalam masalah menentukan menu golongan darah O.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun