Tahun ini gelagatnya akan kembali terjadi perbedaan penetapan awal puasa.Muhammadiyah tanpa merasa perlu untuk menghadiri sidang itsbat telah menetapkan bahwa awal Ramadhan adalah tanggal 20 Juli 2012 besok. Dengan metode hisab yang Muhammadiyah lakukan, bahkan untuk 100 tahun ke depan Muhammadiyah telah mengetahui kapan awal Ramadhan dan kapan 1 Syawal.Itu penjelasan dari ketua PP Muhammadiyah.Benarkah ? Atau anda tidak percaya ? Apalagi hanya untuk mengetahui kapan Ramadhan atau kapan Syawal. Saya pun pernah menemukan sebuah buku terbitan Muhammadiyah yang berjudul Jadwal abadi Sholat. Jadi mengenai jam menit detik waktu subuh, dzuhur,asar,maghrib,dan isya sampai kelak hari kiamat dimana gunung beterbangan seperti kapas itu pun dapat di ketahui saat ini. Itulah ilmu!
Perbedaan adalah rahmat. Kalimat itu saya yakin akan menjadi slogan yang akan digembar-gemborkan setiap kali terjadi perbedaan awal puasa Ramadhan dan 1 Syawal. Namun tahukah jika dalam hati kecil ,yang dalam satu keluarga tidak hanya terdiri dari Muhammadiyah saja atau NU saja. Keluarga yang bisa disebut sebagai Muhammad NU merasa miris,trenyuh, sekaligus merasa lucu dengan kenyataan perbedaan ini?
Keluarga yang sebenarnya merasa justru pada saat puasa Ramadhan dan tentunya 1 Syawal itulah ingin bersama.Keluarga yang secara organisasi berbeda,paham tentang ziarah maupun khaul juga berbeda.Keluarga Muhammadiyah mana bisa mengikuti acara khaul meski itu adalah termasuk acara keluarga karena yang di khaul adalah kakek buyutnya.Lalu keluarga NU mana berani jika akan menemani keluarga besarnya sampai hari ketujuh setelah meninggalnya anggota keluarganya tersebut jika oleh Muhammadiyah tidak dibenarkan tentang itu?
Keluarga Muhammad NU, itulah yang paling merasakan perbedaan jika penetapan awal Ramadhan dan 1 Syawal versi Muhammadiyah dan versi pemerintah berbeda. Miris, trenyuh,lucu....Seperti halnya saat berada di keluarga yang baru saja Ayahnya yang Muhammadiyah meninggal.Padahal dari keluarga besar, Ayahnya itulah yang satu-satunya menjadi Muhammadiyah.Orang-orang Muhammadiyah tidak akan menemani keluarga tersebut sementara keluarga besar tidak berani mendekat karena takut pada tokoh-tokoh Muhammadiyah.Bagaimana kalau kita nantinya diusir berada di rumah tersebut meski itu adalah keluarga kita?Bisa jadi itu yang ada di dalam hati keluarga besarnya tersebut. Jadilah malam-malam yang sepi karena baru saja ditinggal pergi oleh orang yang sangat dicintai, dirasakan oleh keluarga inti yang hanya beberapa gelintir anggota keluarga.
Apapun yang ditetapkan oleh pemerintah.Berbeda atau sama dengan versi Muhammadiyah...yach, begitulah ! Mohon maaf lahir bathin untuk semua.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H