Mohon tunggu...
Aini Lutfiyah
Aini Lutfiyah Mohon Tunggu... lainnya -

Less is More

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Mimpi di Atas Usia 30 Tahun? (Bag. 1)

23 September 2010   08:11 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:02 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada saat masih kecil, usia belia maupun usia-usia sekolah mudah saja kita memimpikan sesuatu, misalkan ingin menjadi seorang dokter, polwan, presiden atau apapun. Namun pada saat kita sudah menginjak kepala 3, mimpi haruslah sudah kita mulai tahap pencapaiannya minimal sampai 30%. Tidak percaya ?

Ceritanya begini, saya baru kenal dengan seseorang. Dia seorang aktivis Seni dan budaya dari salah satu universitas terkemuka di Canada. Pada saat ia mengirim pesan pada saya bahwa sebelum ia mati, ia ingin pergi kemanapun ke segala penjuru dunia yang  keindahannya benar-benar mampu menyihirnya dan tidak mampu ia elakkan….Saya menjawab, saya juga demikian. Sebelum saya tiada saya ingin mengeksplorasi bumi Tuhan ini.

Nah, anda tahu apa jawabannya?Dia menjawab, kamu sudah kemana saja? matilah saya !!!! Semalaman saya menyalahkan diri saya mengapa saya menjawab Me too, dst. Umur saya telah 32 tahun, sama dengan dia. Hanya selisih bulan, Dia lahir Januari sementara saya pada bulan Mei. Namun sangat berbeda jauh pencapaian kami ke arah yang dicita-citakan.

Saya telah melihat foto-foto perjalanan dia. Semua tertuju pada satu titik yaitu cita-cita dia. Sementara saya  kadang membalik arah, kadang sedikit ke kanan, kadang sedikit ke kiri bahkan kadang ada saat saya harus berhenti dan mengeluarkan cita-cita saya dari kepala agar saya bisa diterima oleh lingkungan masyarakat. Benar-benar sangat berbeda dengan dia. Oh Tuhan, mengapa saya membalas pesannya demikian ?

Kekuasaan Tuhan,kekuasaan Allah memang sangat besar. Mengenai hal ini bahkan ada kata-kata sakti “kun fayakun”, kalau Allah menginginkan maka terjadilah. Dari perjalanan hidup saya pun banyak sekali hal-hal yang tidak direncanakan dan tidak nyambung sama sekali.  Meskipun begitu namanya taqdir Tuhan kalau kita sambung-sambungkan pastilah nyambung karena Tuhan tidak mungkin memberi kita pengalaman hidup tanpa kita ada bekal sebelumnya.

Pengalaman dari Ibu saya,saya kira cukup menarik. Beliau tinggal di daerah pegunungan dan dunia menurut Ibu saya waktu itu adalah 5 Km ke semua arah penjuru angin karena hanya itu jangkauan kaki Beliau dan masyarakat situ. Saat beliau berumur 4 tahun beliau sering diledek oleh teman-temannya. Akhirnya di rumah juga dimarahi oleh saudara-saudaranya dan ayah Ibu beliau yaitu kakek nenek saya. Apa sebabnya? Hmm, ternyata pada teman-teman bermainnya Ibu saya tersebut sering mengatakan bahwa kalau sudah besar ia akan berjalan di jalan yang berwarna hitam dan keras sambil nyangklong tas. Pada saat itu belum ada pesawat televisi. Waktu saya tanya,menurut beliau kata-kata itu keluar begitu saja dari mulut beliau dan sebabnya hanya dua yaitu beliau tidak suka jalan desa yang becek saat hujan dan berdebu saat kemarau. Dan yang kedua adalah beliau tidak mau disuruh menggendong dan menanam padi di sawah yang berada jauh di dalam lengkungan tanah seperti jurang. Dari atas yang kelihatan hanya capingnya dan itupun kecil sekali seperti titik, kata  Ibu saya.

Ibu saya tidak membalas caci maki dari teman-teman, saudara, maupun kakek nenek saya. Ibu saya hanya merasa ingin berada di tempat seperti itu. Membayangkan tempat itu pun sudah merasa senang. Bertahun-tahun akhirnya taqdir Allah pun berbicara. Ibu saya menjadi guru di daerah tempat ayah saya dan sekarang telah menikmati berjalan di atas jalan beraspal dan nyangklong tas.

“kun fayakun” untuk kehidupan saya itu murni urusan Tuhan. Namun sebagai orang yang hidup pada masa sekarang, bukankah kita juga harus berpikir logis dan sistematis. Seharusnya jawaban pesan untuk teman saya itu adalah :

“oh, demikian? hidup anda sangat hebat, selalu menemukan hal-hal baru yang menarik. Saya sendiri telah menemukan kehidupan yang sama menariknya disini, di tengah anak-anak yang bermata cemerlang dan dengan tatapan seolah-olah berkata, “Bu Guru, bekali saya dengan ilmu agar hidup saya kelak berguna”.

Seharusnya inilah jawaban saya untuk kawan jauh itu…….!!!!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun