Mohon tunggu...
Aini Lutfiyah
Aini Lutfiyah Mohon Tunggu... lainnya -

Less is More

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Ocean of Love - Komitmen Sheearly Oregon

10 Juni 2010   02:53 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:38 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sahabat ada saat kita berada dalam keterpurukan dan kesedihan, mungkin itu yang mendasari kedatangan Orm ke rumahku pada hari kedua aku menjalani proses pemulihan. Orm, kekasih pemain sepak bola nomor satu Desa Teffs ini terlihat masih seperti dulu, kaya dengan senyum khasnya yang membuatnya seperti tengah mengunyah gula-gula karena pipinya yang chubby.

“ Sudah sehat, Ann?” Sebenarnya tidak sejelek ini, hanya Orm datang saat aku sedang berbaringdi kamar.

“ Orm, aku sudah sehat. Ingin tiduran saja.” Spontan tangan Orm memegang bahuku ketika aku berusaha untuk mengambil posisi duduk.

“ Annemarie, aku hanya heran ternyata kamu bisa sakit juga..” Orm tersenyum.

“ Semua bisa sakit, kan ?” Tanyaku sambil tersenyum ramah ke arah Orm.

“ Iya, kamu…..Sheearly…”Mata Orm menerawang.

“ Sheearly…?” Orm mengangguk.

“ Aku tidak habis pikir, mengapa kita bertahun-tahun selalu bersama. Ke sekolah, hutan pinus, pantai, air terjun…Kita tidak mengetahui ada cinta diantara Sheearly dan Cavee. “ Air mata mengembang di mata Orm.

“ Sheearly, Cavee…Mereka sepasang kekasih.” Nada suaraku lebih sebagai sebuah pertanyaan.

“ Ya, dan Sheearly sekarang terbaring di klinik desa.”

‘ Orm, kita akan kesana. ” Selimut aku buka namun kembali tangan Orm memegang bahuku.

“ Ann, kamu tahu siapa Sheearly Oregon kan? Ia tidak mau menjadi tontonan dan ia tidak mau dikasihani.” Kata Orm.

“ Ya….” Jawabku pelan. Sheearly Oregon memang memiliki prinsip yang kuat. Dari desanya yang berada di pinggiran hutan pinus ia berjalan bersama Cavee Albiroony ke Desa Teffs untuk mendaftar sekolah tanpa memberi tahu orang tuanya. Kalau bilang pasti tidak boleh, katanya. Ia mendaftar sekolah dengan uang hasil membantu di ladang. Semangat belajar yang luar biasa sehingga kami bertemu di sekolah yang sama dan bersama-sama mengikuti6 tahun terakhir masa sekolah kami. Di kelas Sheearly Oregon selalu masuk 10 besar siswa berprestasi.

‘ emmm, koq bisa ?” Tanpa sadar aku menggumam. Rupanya itu tidak luput dari perhatian Orm.

“ Apanya, Ann ?” Mata Orm menyipit.

“ Dari postur, Cavee lebih cocok dengan kamu Orm, mungil. Sementara Sheearly kan seperti aku, giant.”

“ Giant tidak apa-apa, Ann. Asal kamu jangan kolosal saja, hihiihiii….” Ah, pipi Orm bertambah chubby seperti mengunyah 5 gula-gula sekaligus.

“ Itulah cinta, Ann…” Lanjut Orm.

“ Ya, ya…namun katanya batuk dan cinta tidak bisa disembunyikan. Ehm, tahan sekali Sheearly dan Cavee menahan batuk ya…”

“ Annemarie, kamu masih seperti dulu.Ngomong-ngomong, kamu mau menengok Sheearly ?” Tanya Orm. Aku mengangguk.

“ Kalau begitu tunjukkan pada keluargamu kalau kamu sudah sehat, Ann. Dua hari lagi aku kesini, kita menengok Sheearly ke klinik desa dengan bersepeda. Bagaimana ?”

“ OK.”

“ Kamu boleh membincengku, Ann.” Orm menawarkan diri dengan tulus.

“ No, thanks. Aku bisa naik sepeda sendiri. Please,kamu jangan minta aku bonceng ya…”Orm tertawa mendengar penolakanku

Tak lama kemudian Orm berpamitan dengan Mom dan Ayah. Sepulang Orm, pikiran tentang Sheearly dan Cavee kembali datang. Koq bisa Cavee dan Sheearly saling mencintai ? Begitu pintarkah akting mereka sehingga tidak ada yang tahu bahwa sebenarnya mereka adalah sepasang kekasih ? Mengapa Sheearly sampai harus masuk klinik desa begitu hubungan mereka diketahui oleh orang lain ? Siapakah orang yang pertama kali mencium ketidakberesan hubungan mereka ? Aduh, mengapa ini tidak aku tanyakan tadi pada Orm. Aku harus ke rumah Orm ! Mom dan Sarah masih berada di dapur saat aku berpamitan.

“ Mau ke rumah Orm. “ Kataku.

“Cerita kalian tentang sakitnya Sheearly Oregon belum selesai ya ?” Tanya Mom. Aku kaget koq Mom bisa tahu gosip anak muda. Mom seakan bisa membaca pikiranku.

“ Hey, jangan bengong begitu. Semua orang di Teffs ini tahu masalah itu.” Mom mengagetkanku.

“ Terus siapa yang pertama kali tahu mereka adalah pasangan kekasih ?” Tanyaku.

“ Kamu tahu Reyhan kakaknya Cavee yang pembalap desa itu, kan ?’ Aku tersenyum sebutan pembalap desa sangat tidak tepat, lebih tepat disebut sebagai tukang ngebut.

“ Ya..”

“ Nah, Reyhan itu melamar Sheearly. Langsung bersama dengan kedua orang tuanya membawa segala macam barang termasuk perhiasan.”

“ Cavee tidak di beri tahu ?” Tanyaku heran.

“ Lha, dia kan kuliah di ibukota sana ?” Jawab Mom.

“Itukan masalah keluarga, seharusnya Cavee diberi tahu dulu.’

[caption id="attachment_184678" align="alignright" width="99" caption="Sang Pembaharu itu(google.com)"][/caption]

“ Mengetahui anaknya bisa mencintai hal lain selain sepeda motor dan gadis pilihannya selembut dan sebaik Sheearly. Orang tua mana yang tidak bahagia, Ann? Apalagi Mr. Albiroony itu tokoh masyarakat, jadi panutan. Dulu beliau bersama Ayahmu berjalan 40 Km ke Pekalongan untuk menghadiri pesta terbesar para pembaharu disana lalu pemikiran-pemikiran itu disampaikan pada orang-orang di Teffs ini sehingga kemudian didirikan sekolah-sekolah untuk membuat kamu dan teman-temanmu itu bisa berpikir dan membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Kamu tahu itu? Panutan, Ann, Panutan…”

“ Berarti semua orang di Teffs setuju kalau Sheearly menikah dengan Reyhan ?” Tanyaku sengit.

“ Bagaimana kalau Cavee dengan kamu saja, Ann…?” Sarah ikut-ikutan berkomentar.

“ Thank you very much, my sister….” Keningku aku tempelkan pada kening Sarah dan mata aku pelototkan.

“ Sudah, sudah…Tidak ada adu banteng disini. Ann, kamu sudah lumayan sehat, kan. Rapikan meja makan.” Tangan Mom menarik kepalaku menjauh dari Sarah.

Sambil merapikan meja makan aku memikirkan ucapan Sarah di dapur tadi.Aku dengan Cavee ? Hmm, dari dulu aku selalu menganggapnya sebagai teman, sahabat. Di kelas Cavee memang rival tapi aku rasa hanya untuk mata pelajaran Matematika karena nilaiku selalu berada di bawahnya dan itu pun aku yang menganggapnya sebagai rival bukan Cavee. Cavee selalu baik padaku, dia juga yang meminjamiku kamera miliknya sebelum aku bisa membeli dan memilikinya sendiri.Cavee yang asyik karena selalu tahu mana tempat yangbagus untuk dikunjungi seperti air terjun di tengah hutan pinus dan padang rumput diatas puncak bukit. Cavee yang menemukan mata air tawar di tengah semak-semaktumbuhan bunga melati saat kami membutuhkan air tawar untuk mencuci wajah, tangan, dan kaki kami setelah bermain ombak dan pasir. Cavee juga yang naik ke atas pohon untuk memetikkan anggrek hutan yang aku dan Orm minta saat kami dalam perjalanan ke Dataran Tinggi Zenic. Sebenarnya oleh pembina pandu kami tidak diizinkan untuk memetik anggrek hutan, cukup dengan menggambar sketsa saja agar tidak merusak habitat yang ada namun anggrek hutan itu seperti memanggil kami untuk memetiknya, indah sekali.Untuk urusan uang, Cavee tidak pernah kekurangan. Sakunya selalu penuh apalagi bisnis pembuatan alat musik milik keluarganya berkembang pesat. Hanya saja aku tidak pernah mencintainya. Dia selalu teman, selalu sahabat. Tentu ini berbeda dengan perasaanku pada Mustapha Alchemy. Bersama Mustapha aku seperti berjalan menuju dunia asing , asing untuknya dan asing buatku namun kami merasa pasti bisa untuk melewatinya.

“ Sudah, Ann ?” Mom sudah ada disampingku.

‘ Sudah.Emm, Saya makan dulu, minum obat, dan ke kamar, ya.”

‘ Ya, tidak apa-apa. Tidak usah kau pikirkan juga kata-kataSarah tadi. Pilih jalan terbaikmu sendiri. Oh ya, kalau mau menengok Sheearly di klinik tidak apa-apa. Minta antar Josh.”

“ Dua hari lagi aku akan menengok Sheearly dengan Orm, naik sepeda.”

“ Yan, tapi sehatkan dulu tubuhmu itu.” Aku acungkan ibu jari kananku, sip lah…

Hari yang aku nanti tiba. Badanku terasa lebih sehat. Di halaman rumah Orm telah menunggu. Ia mengenakan t-shirt dan celana sampai lutut. Muffin buatan Sarah aku titipkan di keranjang sepeda Orm. Sarah membuatnya khusus untuk Sheearly. Sepeda aku keluarkan, agak ribet juga naik sepeda mengenakan rok meski terus terang aku memang lebih menyukaipakaian jenis rok dibandingcelana panjang. Kalau tidak memikirkan segi kepraktisan dan keamanan hiking ke hutan pun aku ingin mengenakan pakaian jenis rok.

“Hai, sudah sehat?” Orm tersenyum lebar. Wajahnya segar sekali.

Ya, dong..Ayo !”

Kami mengayuh sepeda dengan kecepatan sedang. Sengaja kami tidak melewati jalan pintas melainkan jalan raya yang masih lumayan sepi. Mumpung kami hanya berdua aku ingin mengetahui bagaimana kehidupan pribadi Orm sekarang.

“ Orm.” Orm mendekatkan sepedanya ke sebelahku. Kami naik sepeda berjejer.

“ Ya.’

“ Bagaimana kabar kamu dengan Jayden, pemain sepak bola itu ?” Aku tersenyum.

“ Jayden dikirim belajar lagi ke kota dan direkrut klub sepak bola sana.”

“ Kalian masih pacaran, kan ?”

“ Masih, kami berencana menikah akhir tahun ini.”

“ Kalau aku tidak tanya, kamu mau memberi tahu hal ini ke aku, kan. Seperti Sheearly dan Cavee itu ?”

“ Pasti aku beri tahu Ann, di Yogyakarta siapa tahu justru kamu yang lupa denganku.”

“ Tidak juga, biasa saja…”

“ Ann,Orang tua Jayden membeli tanah di belakang rumahmu itu. Persiapan untuk rumah kami namun sepertinya setelah menikah aku akan diajak Jayden ke kota. Tidak apa-apa lah mengontrak rumah disana.Ngomong-ngomong, kamu sudah punya pacar di Yogya ya ?” Tanya Orm.

“ Koq tahu ?”

“ Ann, di Teffs ini tiang bendera pun mempunyai telinga. Kekasihmu yang mengantar kamu pulang kan?” Aku mengangguk.

“ Cakep.”

“ Terima kasih.”

“ Anak mana ?”

‘ Asli Yogya”

‘ Darahnya, darah mana ?”

“ Wah, kalau itu lain kali saja ya aku tanyakan ke yang bersangkutan,heheheee. Eh, Orm.. Keluarganya asli Yogya mengapa ia tidak tinggal di rumah orang tuanya saja ya, ia mengontrak rumah.”

“ Dia butuh privacy mungkin atau dia ingin mandiri.”

“ Lebih cenderung kemungkinan pertama. Rumahnya ramai terus. Guru-Guru anak buah orang tuanya menguasai rumah 24 jam.” Aku menggeleng-gelengkan kepala.

“ Ann, enaknya kamu tanyakan langsung saja.”

“ Pasti.’

Kami telah sampai di depan klinik. Sepeda kami parkir di sisi gedung dan menuju kamar Sheearly di rawat. Oh, aku seperti melihat Miss Collina Albert. Orm mengetahui keterkejutanku.

‘ Dia bukan Miss Albert, melainkan adiknya.”

‘ Mirip.’

“ Memang.”

“ Ayo, ini kamar Sheearly. Masuk saja tidak usah menunggu jam besuk, bebas.” Kami membuka pintu yang telah terbuka sedikit. Aku menghampiri sosok tubuh lemah yang tergolek diatas tempat tidur. Orm meletakkan buah yang ia bawa dan muffin buatan Sarah di meja dekat tempat tidur.

‘ Mengapa bisa begini ?” Tanpa sadar aku mengucapkan kata-kata yang Mustapha ucapkan untukku waktu di rumah sakit.

‘ Hai, Annemarie…Thanks.” Air mata Sheearly mengalir. Suaranya lemah.

“ Sudahlah, kita semua berdo’a kamu bisa mengambil jalan terbaik.”

“ Aku tidak bisa melanggar komitmenku dengan Cavee.”

‘ Cinta kalian bisu, Sheearly. Bagaimana orang bisa ikut mendo’akan. Maaf kalau ini menyinggung perasaanmu.” Sheearly menggeleng.

“ Memang demikian, tidak apa-apa. Hanya sekali kami berbicara tentang perasaan saling mencintai yaitu pada awal hubungan kami. Setelah itu, kertas-kertas ini.” Sheearly menyimpan semua surat-surat dari Cavee. Aku memandang dengan tidak percaya.,kapan mereka kirim-mengirim surat.

“ Cavee tahu kau jadi seperti ini ?”

“ Tahu, dia telah memberi kebebasan buatku di surat terakhir. Aku tidak mau menyakiti siapa pun.”

“ Akhirnya kau yang sakit.”

“ Tidak apa-apa, jalan hidupku memang seperti ini.’

“ Permisi…” Kami menoleh ke arah pintu.

Berpikir keras aku mengingat wajah itu. Dia duduk sebangku denganku saat ujian sekolah dulu. Dia yang membuat kalimat hanya “nelayan mencari ikan menggunakan kapal” untuk kata kapal. Padahal ia sudah aku ajari untuk membuat kalimat “ Kapal negara Jepang bermuatan plutonium melintasi Selat Malaka.” Namun ia tidak mau.

“ Rodney..” Sheearly tersenyum. Oh, ya. Aku ingat…

“ Dulu saat ujian kita duduk satu bangku, kan?”

“ Iya, kamu adik Josh kan ?” Aku mengangguk.

“ Adikku opname di klinik, di kamar sebelah tapi kemarin sudah pulang. Well, silahkan teruskan cerita-cerita kalian. Aku cuma khawatir kalau Sheearly sendirian tadi Tantenya bilang mau pulang dulu. “

“ Ibuku sudah datang, sedang membeli air panas di kantin.”

Yeah, meriah dan menyenangkan sekali obrolan-obrolan kami. Aku senang semangat hidup Sheearly kembali tumbuh tapi kami harus pulang. Kami berpamitan pada Ibunda Sheearly dan Rodney.

“ Nitip Sheearly ya..’ Aku dan Orm menggoda Rodney yang tampak pura-pura cuek.

Jalanan sudah lebih ramai. Beberapa colt berwarna hijau muda melintas di sisi sepeda kami. Sampai di pertigaan, aku dan Orm berpisah. Orm lurus ke arah rumahnya sementara aku belok kanan. 25 meter dari pertigaan itu lah rumahku.

Aku masuk ke dalam rumah dengan terlebih dulu sepeda aku sandarkan di pagar besi depan rumah. Mom dan Ayah berada di ruang tamu.

“ Adakah sesuatu ?” Tanyaku, seperti ada yang serius terjadi selama aku ke klinik desa.

‘ Cuci tangan dan kaki dulu. “ Aku segera ke belakang dan buru-buru kembali ke ruang tamu.

“ Sarah mendapat telepon dari Bosnya. Bosnya akan mendirikan kantor dan tokocabang . Kakakmu disuruh kesana lagi.”

“Ayah, Mom…Mengizinkan?”

“ Permintaan kami hanya satu, paling tidak empat bulan sekali Sarah harus ke rumah kerabat ayahmu yang disana.”

‘ Sekarang Sarah dimana ?

“ Ia ke rumah Pamanmu, menanyakan apakah dalam minggu ini ada rencana ke Malaysia atau tidak.”

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun