Mohon tunggu...
Aini Lutfiyah
Aini Lutfiyah Mohon Tunggu... lainnya -

Less is More

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Ditegur Senior...

8 Mei 2010   00:51 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:20 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Hari Selasa kemarin tanpa ada pemberitahuan sebelumnya  mendadak saya diminta memulangkan anak jam 11.00 WIB. Pemberitahuan itu pun saya terima jam 10.30 WIB. Bukan,bukan karena saya tidak care dengan kondisi ibu teman saya tapi mengapa begini mendadak.Anak-anak sangat bersemangat akan belajar 3 permainan/materi. But,its OK...beberapa anak meski telah selesai do'a pulang dan ada yang telah dijemput namun berbaik hati  menemani saya menilai tugas-tugas anak. Mobil yang akan membawa kesana telah datang, ada 8 guru dari TK lain yang akan bergabung. Kami naik...Ibu Santi(panggil saja demikian) yang ada paling dekat dengan saya tersenyum. Ia berkata,"saya sudah lama ingin menanyakan ini..." Saya persilakan guru yang terhitung senior dikecamatan ini untuk menjelaskan apa yang menjadi uneg-unegnya. Dalam hati saya berkata ini pasti tentang rencana mengajar yang saya buat untuk sekolah namun dijadikan acuan guru-guru TK lain... " Bu, apa dasar panjenengan membuat rencana mengajar seperti itu ?" Nah, benar kan dugaanku... " Ada apa ya, Bu. Saya hanya membuat untuk anak-anak di sekolah saya tidak untuk TK lain." Jawabku hati-hati. Ini masalah sensitif setidaknya bagi Ibu Santi karena menurut teman-teman guru, Ibu Santi sambil merem pun bisa untuk menyusun  untuk menyusun panduan mengajar. " Begini, materi untuk TK kelompok A ada 6-7 indikator sementara untuk kelompok B 7-8 indikator. Mengapa panjenengan hanya membuat 4-7 indikator?" Wah, ujung kalimat terdengar meninggi. Ini lebih menandakan ada emosi disitu. Saya berusaha menatap Ibu itu dengan tatapan selembut yang saya bisa. " Saya hanya menyesuaikan dengan yang mampu anak-anak saya lakukan dan maksimal hanya ada 4 kegiatan". Jawab saya. "..tapi banyak indikator yang tidak masuk. Saya sudah menghitungnya banyaaaaaak sekali yang tidak masuk materi.." Sambungnya. " Bu, bukankah indikator itu untuk 1 tahun mengajar.Saya juga hanya membuat yang semester 2 ini kok, Bu. Kami belum siap dengan indikator baru saat semester 1 kemarin". Saya masih berusaha mengontrol tekanan suara saya. Ini bukan masalah benar atau salah. Secara argumentasi saya bisa jadi memenangkan perseteruan ini tapi saya akan mendapat gelar baru sebagai guru yang tidak bisa menjaga attitude. Wah, maaf dech..Jangan sampai ! " Pokoknya punya panjenengan banyak indikator yang tidak masuk !" Bibir Ibu itu agak bergetar mengucapkan kata-kata itu, marah... " ya....," Kata saya sambil saya angguk-anggukkan kepala. Saya harus menunjukkan pada Ibu ini bahwa saya sepakat dengan pendapat Beliau. Masalah rencana mengajar sekolah kami nantilah saat rapat guru akan saya sampaikan. Toh, bukan wewenang Bu Santi ini untuk menentukan kurikulum di sekolah kami or minimal di kelas saya. Saya kadang berpikir, saya yang berusaha untuk bisa menjadi guru yang baik dengan mempersiapkan performance di depan kelas saja hanya bisa memberikan materi maksimal 4 dan itu pun dengan indikator yang berkaitan apalagi harus mengajarkan 7-8 indikator yang kadang dari paket yang kami terima hanya 1-2 indikator yang berkaitan. Bisa-bisa murid-murid saya ubanan lulus dari TK. Saya benar-benar ingin melihat bagaimana metode pembelajaran yang Bu Santi gunakan di kelas tapi jangan-jangan malah bisa memicu konflik baru. emm, kapan-kapan saya harus melakukannya secara diam-diam. Mobil sampai di rumah guru teman saya mengajar. Alhamdulillah Sang Bunda sudah agak sehat dan bisa menemui kami, para tamu di ruang tamu. Di kepala saya masih berputar-putar ucapan Ibu Santi. Saya tidak mau disalahkan. Bisa jadi yang saya lakukan karena rasa ingin tahu saya pada indikator-indikator baru itu dan saya ingin memberikan ilmu-ilmu baru itu untuk anak didik saya. Mengapa KKG dan IGTKI merespons indikator baru itu setelah saya membuat rencana mengajar yang saya buat untuk sekolah saya. Bukankah itu memang tugas saya sebagai penanggung jawab kurikulum sekolah. Harusnya beliau-beliau yang ada di KKG maupun IGTKI yang membimbing saya, tidak justru menyalahkan. Mudah-mudahan saja beliau-beliau bulan ini sudah membuat draft materi pembelajaran tahun ajaran 2010/2011. Jadi saya tidak perlu mengurangi waktu libur panjang saya untuk membuat materi pembelajaran dan tentunya saya tidak disalahkan lagi oleh Ibu Santi yang senior itu. Meski begitu saya berterima kasih pada Ibu Santi. Saya jadi tahu kelompok A ada 6-7 indikator dan kelompok B 7-8 indikator. Terima kasih Bu Santi... [caption id="attachment_136104" align="alignleft" width="300" caption="Senyum Beta (Foto:dok.pribadi)"][/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun