Mohon tunggu...
Motivator Wanita Ainy Fauziyah
Motivator Wanita Ainy Fauziyah Mohon Tunggu... -

Leadership Coach & Motivator Wanita\r\n\r\nPenulis buku Dahsyatnya Kemauan\r\n\r\nPendiri AINY COACHING \r\n\r\nNarasumber 'Be Smart! Have a Better Life' di female.kompas.com http://female.kompas.com/konsultasi/pengembangandiri\r\n\r\nNarasumber Lite FM\r\n\r\nwww.ainyfauziyah.com\r\n\r\n\r\nwww.ainymotivationclass.com\r\n\r\nwww.ainycoaching.com\r\n\r\nTwitter: @ainyfauziyah

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Inilah Cara Kita Membalas Budi Orang Tua Tercinta

27 Oktober 2014   20:20 Diperbarui: 17 Juni 2015   19:32 1238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pagi tadi sesampai di kantor jam 07.30 WIB, saya langsung pamit ke anak-anak di kantor untuk bersepeda sejenak. Setiap kali bersepeda, wah jangan ditanya deh bagaimana rasanya? Nikmattttt luar biasa.


Diri ini serasa makin bebas merdeka untuk terus berkreasi, memberi yang terbaik penuh kasih kepada setiap orang yang saya temui ;-)


Sambil menikmati suasana pagi yang ceria di Grand Wisata, nampak dari kejauhan 3 pelajar SMA tengah asyik selfie dengan background rumah-rumah Grand Wisata yang aduhai itu.

Merasa prihatin melihat mereka, saya memutuskan berhenti sejenak untuk mengajak mereka bertiga berbicara dari hati ke hati. Mereka yang terdiri dari 2 cewek dan 1 cowok itu adalah pelajar sebuah SMA di daerah Cikarang. Cukup jauh memang, khususnya untuk pelajar yang mengendarai  1 sepeda motor bertiga, cowok dengan 2 orang cewek.

Setelah saya tanyakan kepada mereka, apa pekerjaan kedua orang tua mereka, sambil menundukkan kepala mereka menceritakan pekerjaan kedua orang tuanya. Ada yang menjadi buruh pabrik, pedagang kopi yang bersepeda, tukang sayur dan penjaja kue.

Sambil memandang wajah ketiga anak itu, saya bertanya,”Inikah cara kalian membalas budi kedua orang tua kalian? Banggakah kalian dengan apa yang kalian lakukan sekarang? Bolos sekolah dan bersenang-senang sambil berpacaran?”

Mendengar pertanyaan saya, anak laki-laki satu-satunya itu semakin menundukkan kepalanya.

"Hai kamu anak laki-laki. Beginikah caramu menjadi seorang laki-laki? Mana harga dirimu sebagai anak laki-laki yang seharusnya menjadi kebanggaan keluarga? Dan kamu, 2 wanita. Kamu sangat muda belia, masih SMA. Beginikah caramu membalas budi kedua orang tuamu? Mana harga dirimu sebagai wanita? Yang seharusnya bisa menjaga dirinya dan tidak bolos sekolah?”

Sambil menggelengkan kepala, anak laki-laki itu tertunduk malu dan berkata,”Tidak, Bunda. Saya tidak bangga dengan apa yang saya lakukan.” Sementara itu, dua anak wanita belia itu juga menggelengkan kepalanya, pertanda mereka berdua juga malu dengan apa yang mereka lakukan. Wajah mereka bertiga menunjukkan penyesalan yang dalam.

Sambil menarik napas dalam-dalam, saya katakan kepada mereka bahwa di dalam diri mereka banyak kebaikan. Tugas mereka adalah memaksimalkannya, khususnya di sekolah. Bahwa mereka sangat bisa mengubah nasib mereka, menjadi orang sukses seperti yang mereka impikan. Sekaligus membuat bangga kedua orang tua.


Saya sangat percaya mereka bertiga adalah anak-anak baik. Dan saya yakin mereka mau berubah.

“Nak, sekarang pulanglah. Dan berubah menjadi lebih baik. Bunda yakin kalian bertiga adalah anak-anak yang baik. Berprestasilah di sekolah. Raih impian kalian. Buat bangga ayah dan ibu kalian. Kalian pasti bisa!”


Beberapa saat kemudian wajah mereka nampak berubah. Ada semangat di wajahnya. Akhirnya kami bertiga berjabat tangan. Dan saya meminta mereka, untuk berjanji membuat bangga kedua orang tua mereka.


Alhamdulillah, pagi yang indah dan penuh berkah. Terima kasih ya Allah telah mengizinkan saya bertemu dengan mereka bertiga. Bismillah, mereka bertiga menjadi anak-anak yang luar biasa, berhati mulia, bermanfaat untuk banyak orang dan membuat bangga kedua orang tua tercinta. Amin ya Allah, Allahumma amin… ;-))


Grand Wisata, 27 Oktober 2014
Penulis buku Rahasia Menembus Kesulitan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun