Mohon tunggu...
Lukman Emha
Lukman Emha Mohon Tunggu... -

belum menulis

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

ALC dan Legislator yang Aneh

16 Juni 2010   09:47 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:30 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hampir seminggu piala dunia 2010 berlangsung, soalan Ariel, Luna, dan Cut Tari (ALC) belum juga mengendur. Berbagai halaman media cetak dan laman situs maupun blog masih menjadikan isu lendir itu sebagai daya jual. Berita ALC menyaingi magis piala dunia.

Riilnya memang isu itu masih laku keras, ini tampak dari perolehan ratingnya yang selalu tinggi. Isu ALC tak ubahnya keajaiban dunia baru yang wajib diliput, setidaknya bagi segmen tertentu. Padahal makin sering diberitakan, makin banyak dampak negatif. Apa dampaknya? ada di masing-masing orang.

Paling tidak dampak negatifnya diungkap oleh seorang anggota legislatif asal PKS, Al-Muzamil. Bahwa video biru milik Ariel berdampak tidak baik bagi anak-anak, merusak pendidikan dan budaya bangsa (detikhot.com/2010/06/16). Karena itu menurut beliau, seharusnya Ariel mendapat penghargaan sebagai orang yang sukses merusak generasi sepanjang sejarah.

Aneh sekali, mengapa anggota DPR asal PKS itu menyalahkan Ariel. Sebab tidak ada dugaan  pengedar video dewasa itu mengarah ke Ariel. Ariel hanya salah satu 'pendosa' yang ada di tengah-tengah pendosa lainnya yang beruntung. Bukankah yang lebih layak mendapat penghargaan dimaksud adalah pengedar video itu? atau justru media cetak, elektronik, maupun website yang begitu getol mempopulerkan berita ALC? Jangan-jangan Muzammil takut mengatakan hal ini pada media. Kemungkinan lainnya, Al-Muzammil tidak bisa mencerna persoalan. Ia lupa, pemicu dampak buruk terletak pada pengedaran dan pemberitaan secara massif. Soal Ariel merusak budaya bangsa, Muzammil juga aneh. Apakah hanya Ariel satu-satunya 'penzina' di Indonesia? Padahal, tradisi bangsa Indonesia berselemak soal mesum sejak tempo dulu.

Anggota DPR lainnya, Tantawi Yahya, geram dengan kata-kata 'mirip Ariel, Luna, dan Cut Tari' di setiap pemberitaan video hot ALC. 'Sampai kapan kita mau mendengar kata mirip?' begitu kata putra Sumsel itu sebagaimana diberitakan detikhot. Ia mendesak aparat segera menyelesaikan persoalan itu. Sejauh ini tidak ada yang janggal dari mantan presenter Who Want to be a Millionare itu.

Tetapi, ketika ia merekomendasikan Roy Suryo sebagai ahli yang harus dimintai keterangannya oleh aparat hukum, mendadak saya tertawa kecil. Pasalnya, Roy Suryo pernah kehilangan muka di Aceh ketika menjadi sebagai saksi ahli untuk membuktikan keaslian foto perselingkuhan salah seorang pejabat di salah satu Kabupaten di Aceh. 'Pakar telematika' (saya tulis dalam tanda petik) yang sering nongol di tv itu tidak kuasa menjawab pertanyaan hakim dalam persidangan, 'mana legalitas keahlian anda dalam bidang telematika'? Kasus ini diberitakan besar-besar oleh media lokal Aceh. Kebayang kan, jauh-jauh dari Jakarta ingin jadi pahlawan, malah muka yang hilang. Tapi, bagi Tantowi mungkin Roy itu paling representatif ya?

mak jang, mak jang...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun