Kematian adalah sebuah kata yang membuat hati terasa berdegup mendengarnya. Kematian adalah sebuah babak yang datangnya tidak ada satu pun seorang yang tahu kapan waktunya, seperti apa dan bagaimana. Kematian atau meninggal adalah sebuah jalan atau pintu yang mengantarkan pada kehidupan abadi. Dengan mengingat mati, dengan mengingat bahwa dunia ini tidaklah abadi, maka kita akan selalu menjadikan akhirat sebagai prioritas dari apapun. Yang pada akhirnya itu akan menjadi kunci keselamatan dan kebahagiaan kita nanti.
Bila sedang diuji kehilangan, maka ingat ini hanyalah dunia. Bila diuji dengan rasa sakit, maka ingat ini dunia. Bila sedang ditipu, maka ingat ini hanya dunia. Bila kekurangan harta, maka ingat ini adalah dunia. Semua segala yang di dunia sifatnya sementara, tidak kekal dan akan silih berganti. Memang betul bahwa semua akan ditinggalkan. Sesulit apapun kondisi yang menimpa seorang muslim, maka itu akan berlalu seiring berjalannya waktu.
Mukmin yang memiliki keistimewaan adalah mereka yang hidupnya selalu terobsesi untuk meraih kebahagiaan serta keselamatan akhirat. Saat dikaruniai oleh Allah SWT berupa rezeki melimpah, dia tetap konsisten menggunakannya di jalan Allah SWT, membantu sesama, meringnkan kaum dhuafa yang kesulitan. Namun, manakalah ia diuji dengan kesulitan hidup imannya tetap membara untuk menggapai RidhaNya dan mencari kebahagiaan hakiki.
Bila dunia dihiasi dengan segala keindahannya, maka tak menggoyahkan kekuatan iman untuk selalu memprioritaskan akhirat di atas segalanya.
Rasulullah Shallallahu'alaihi wa sallam bersabda:
"Barangsiapa ambisi terbesarnya adalah dunia, maka Allah akan cerai-beraikan urusannya, Allah jadikan kefaqiran di depan matanya, dan ia tidak mendapatkan dunia kecuali sesuai apa yang telah ditetapkan baginya. Barangsiapa yang ambisi terbesarnya adalah akhirat, Allah akan memudahkan urusannya, Allah jadikan kekayaan di hatinya, dan dunia akan mendatanginya dalam ia tidak menyangkanya" (HR. Ahmad, disahihkan Al Albani dalam Ash Shahihah no. 950).
Kecintaan seseorang pada dunia hendaknya tetap dalam level biasa yang tidak ternodai sampai-sampai menggadaikan segala urusan yang berkaitan dengan akhirat. Seorang muslim hendaknya menyikapi dunia dengan bijak dan selalu percaya dengan apa-apa yang berada di sisi Allah Ta'ala.
Keimanan, ketakwaan serta tawakkal seoran muslim hendaknya menjadi bekal agar selalu tergantung hanya kepada Allah Ta'ala di segala situasi dan tempat. Ibnu Qayyim rahimahullah berkata: "Semakin cinta manusia terhadap dunia semakin malas dari ketaatan dan amal akhirat sesuai dengan kadarnya." (Al-Fawa'id hal. 180).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H