Agar waktu bisa bermanfaat dan dapat dimaksimalkan untuk kebaikan, maka seorang hamba hendaknya menjadikan setiap kesempatan dan waktu yang diberikan Allah diisi dengan amal-amal sholeh, kebaikan dan kebermanfaatan untuk sesama. Karenanya, umat islam sangat dianjurkan untuk memaknai waktu dengan berharga.
Sebagaimana dituangkan dalam ayat Al-Qur'an, artinya: "Demi masa, Â sungguh, manusia berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran." (QS. Al-Asr: 1-3)
Mengutip dari Qur'an Asy-Syifaa' berikut adalah waktu-waktu secara garis besar lengkap dengan anjuran ataupun larangannya, yaitu:
- Waktu Syuruq
Waktu Syuruq adalah waktu ketika matahari terbit sampai tinggi berkisar tombak. Berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Mu'awiyah Al Jumahiy Al Bashriy dalam Sunan Abu Dawud, Anas bin Malik berkata, Rasulullah saw. ketika seseorang yang shalat shubuh berjamaah kemudian duduk berzikir sampai matahari terbit yang dilanjutkan dengan shalat dua rakaat, dia mendapatkan pahala seperti pahala haji dan umrah secara sangat sempurna. Ini adalah keistimewaan amalan syuruq. Hal ini cukup menjadi pengingat agar seseorang tidak meninggalkan amalan keistimewaan pada pagi hari ini.
- Saat Matahari Terbit
Salah satu anjuran Rasulullah saw yang sangat berkaitan dengan perintah Allah Swt pada pagi hari ialah berzikir kepada-Nya. Tiada satu pun amalan terbaik di sisi Allah Swt yang lebih suci daripada harta, mampu mengangkat derajat lebih cepat, lebih berharga daripada mempersembahkan emas dan perak, serta lebih mulia daripada berjihad di jalan Allah Swt selain zikir kepada-Nya. Hal ini berdasarkan hadits Yahya bin Sa'id dalam Musnad Ahmad yang dikutip Ibnu Katsir di dalam Tafsir Ibnu Katsir. Sementara itu, larangan-Nya adalah sebaliknya, yaitu lalai dari mengingat Allah Swt. Oleh karenanya, seorang muslim hendaknya menjadikan zikir sebagai hal yang pertama kali dilakukan sejak mulai bangun tidur atau saat matahari terbit.
- Waktu Shubuh
Shubuh adalah waktu turunnya rezeki dan berkah. Oleh karena itu, tidur setelah waktu shubuh sangat tidak disarankan. Dalam kitab Zaad Al Ma'aad, Ibnu Qayyim Al Jauziyyah berkata, "Tidur setelah shubuh mencegah datangnya rezeki karena waktu shubuh adalah waktu makhluk mencari rezeki dan waktu dibagikannya rezeki. Tidur setelah shubuh adalah suatu hal yang dilarang kecuali ada penyebab atau keperluan. Tidur setelah shubuh pun bisa membahayakan kesehatan tubuh kita."
- Waktu Sore Hari
Pada sore hari, setiap orang mengakhiri aktivitasnya sebagai perwujudan syukur terhadap anugerah-anugerah Allah Swt yang diberikan pada hari itu. Kondisi hati pada sore hari merasa nyaman, tenang, dan bahagia karena telah selesai melakukan pekerjaan pada hari itu. Sore hari termasuk waktu yang diistimewakan oleh Allah Swt. Berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Abu Bakar bin Nafi' dalam Sunan An Nasai, banyak doa dikabulkan pada waktu sore. Rasulullah saw menganjurkan berdoa pada waktu pagi, sore, dan sedikit pada malam hari.
- Waktu Malam
Berdasarkan hadits yang diriwayatkan Abdullah bin Maslamah dalam Shahih Al Bukhari, sepertiga malam adalah waktu yang sangat penuh dengan harap dan cemas bagi seseorang yang beriman. Saat itu, Allah Swt. Yang Maha Agung menyambutnya dengan penuh cinta, kasih sayang, dan rindu. Siapa saja yang berdoa kepada-Nya pasti dikabulkan. Siapa saja yang meminta kepada-Nya, pasti dipenuhi. Siapa saja yang memohon ampunan kepada-Nya, pasti diampuni. Maka dari itu, berharaplah agar tidak termasuk golongan orang yang tidak peduli dengan keistimewaan sepertiga malam.
Itulah beberapa waktu yang berisi tentang anjuran serta larangannya. Semua hal diatur sedemikian rupa, tentunya karena Islam adalah agama rahmatan lilalamin (rahmat bagi seluruh alam). Yang mana aturan untuk hambaNya, semata-mata tak lain adalah untuk kebaikan manusia itu sendiri. Karena pada akhirnya kelak, semua waktu yang kita pergunakan selama di dunia, akan diperhitungkan dan dipertanggungjawabkan kelak di hadapan Allah, Rabb Semesta Alam.Â
Sumber: Qur'an Asy-Syifaa' Hafalan Terjemah & Tajwid Berwarna Metode Tikrar