Adalah kematian kerap kali menjadi momok yang menakutkan bila dibincangkan, padahal sejatinya dengan banyak mengingatnya maka semakin paham pula persiapan apa yang terbaik untuk dibawanya.
Setiap manusia yang berakal lagi baligh hendaknya bijak dalam mengisi jatah umur yang tersisa dengan kebijakan dan amal shaleh. Inilah kesempatan kita untuk bertobat dan memohon ampun kepada Allah atas semua dosa yang pernah kita lakukan selama ini. Jangan sampai kita dirundung penyesalan di akhirat nanti sebab tidak bisa memaksimalkan setiap waktu yang tersisa.
Ketika jiwa sudah sekarat dan hidup sudah di ujung ajal, saat itu tidak akan berguna lagi permohonan ampun, sebab pintu tobat sudah ditutup. Buku catatan amal perbuatan sudah rapi. Yang ada hanyalah penyesalan, yang ada hanyalah rengekan dan rintihan, 'Mengapa saya menyia-nyiakan kehidupan yang sebentar di dunia ini?'
Maka betapa pedihnya jika seorang hamba masih sibuk dengan perbuatan-perbuatan yang menyalahi aturan agama dan ketentuan Allah Ta'ala. Pastilah yang demikian akan termasuk golongan-golongan orang yang merugi.
Ingatlah firman-Nya, yang artinya: "Dan Dialah yang menidurkan kamu di malam hari dan Dia mengetahui apa yang kamu kerjakan di siang hari, kemudian Dia membangunkan kamu pada siang hari untuk disempurnakan umur(mu) yang telah ditentukan, kemudian kepada Allah-lah kamu kembali, lalu Dia memberitahukan kepadamu apa yang dahulu kamu kerjakan." (QS. Al-An'am: 60)
Maka bayangkan betapa bahaginya jika saat dipertunjukkan buku amalan kita dan kita menerimanya dengan tangan kanan. Itu artinya kita termasuk ke dalam golongan orang-orang yang beruntung. Namun, bagaimana jika pada saat perhitungan nanti, kita menerima buku catatan amal dengan tangan kiri? Tentulah itu pertanda masuk ke dalam golongan orang yang merugi. Naudzubillahi min dzalik.Â
Oleh sebab itu, selagi masih ada umur, selagi masih ada kesempatan. Marilah kita songsong kematian dengan menyiapkan amal shaleh agar kita menghadap Allah dengan penuh kedamaian, kebahagiaan dan ketenangan tanpa membawa dan didampingi penyesalan, rintihan dan kepedihan. Optimalkan setiap waktu dengan mengisi setiap detiknya dengan kebaikan, mari bantu sesama dan perbaiki hubungan dengan Sang Pencipta. Semoga menjadi jalan pembuka menuju ridhaNya.
Daftar Pustaka: Musyafa, Haidar. (2018). Hidup Sesudah Mati. Yogyakarta: Checklist
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H