Mushaf Al-Qur'an dengan metode tikrar adalah bentuk  sistematisasi dari cara menghafal Al-Qur'an paling tua dan banyak diamalkan oleh para huffazh (penghafal Al-Qur'an) dari dulu hingga sekarang.
Apa itu metode tikrar?
Dalam Qur'an Asy-Syifaa' Hafalan dan Tajwid berwarna menyebutkan bahwa tikrar adalah bentuk Masdar, yang berasal dari bahasa Arab dari kata Karrara dalam ilmu Sharaf kalimat ini menggunakan bina atau wazan Tsulasy Mujarrad Biziyaadati Tad'iif dengan faidah littaksiir (memperbanyak), yaitu Karrara-Yukarriru-Takriiran-Takriratan-Takraaran-Tikraaran-Mukarraran: yang bermakna mengulang-ulang Sebagian-dengan sebagian yang lain.
Rasulullah SAW bersabda, "Peliharalah selalu Al-Qur'an. Demi Zat yang jiwaku berada di tangan-nya, sungguh ia lebih cepat hilang daripada unta yang terikat." (HR. Al-Bukhari)
Menurut pensyarah hadist, memelihara Al-Qur'an adalah dengan mengulang-ulang bacaan Al-Qur'an secara terus menerus, berulang-ulang. Â
Ketika ditanya tentang kekuatan hafalannya, Imam Al-Bukhari menjawab, "Saya tidak menemukan cara menghafal lebih efektif selain dengan cara terus-menerus melihat tulisan dan mengulang-ulang perkataan karena itulah sejatinya hafalan."
Dari hasil penelitian kesehatan modern, ditemukan fakta bahwa metode tikrar (repetition) atau pengulangan itu sangat membantu menguatkan hafalan. Simpulan dari penelitian ilmiah itu adalah, "Repetition is the key to memorization. The more you say itu, the more likely you'll remember itu." (Pengulangan adalah kunci untuk hafalan. Semakin sering Anda mengucapkannya, semakin kuat kamu mengingatnya).
Menurut kesaksian Syekh Abo Omar Al Iraqy, para santri tahfidz di Masjid Nabawi dan Haram Makkiy juga melakukan tikrar sekurang-kurangnya sebanyak 40 kali pengulangan.
Keistimewaan para penghafal Al-Qur'an adalah "keluarga" Allah SWT di Bumi. Sikap dan tindak-tanduk mereka pun harus mencerminkan akhlak keluarganya. Salah satunya adalah dia tidak larut dalam senda gurau yang berlebihan, tidak larut dalam kelalaian dan permainan yang sia-sia. Demikianlah nasihat Fudhail bin Iyadh. Dia pun layak menghidupkan malanya dengan shalat dan siangnya dengan banyak berpuasa. Demikian tutur Ibnu Mas'ud ra. seperti yang disampaikan Dr. Raghib As Sirjani dalam buku Cara Cerdas Hafal Al-Qur'an.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H