Mohon tunggu...
Lazuardi Ansori
Lazuardi Ansori Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Lahir dan besar di Lamongan, kemudian belajar hidup di Sulawesi dan Papua...

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Lagu SBY di Soal Ujian itu "Kecelakaan"?

17 Oktober 2010   02:36 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:22 408
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_292238" align="aligncenter" width="500" caption="Sampul Album SBY "Ku Yakin Sampai di Sana""][/caption]

Gonjang-ganjing tentang lagu SBY yang nongol di soal ujian CPNS ternyata masih berlanjut. Sebenranya saya kurang tertarik mengikutinya sejak awal, karena saya anggap ini hanya bagian dari budaya jilat menjilat bangsa ini yang belum juga hilang. Akan tetapi saya agak terganggu oleh respon istana akhir-akhir ini yang disuarakan oleh Staf Khusus Presiden Bidang Komunikasi Politik Daniel Sparingga.

Ia membantah bahwa materi pertanyaan itu merupakan pesanan Istana. "Soal lagu di ujian itu kecelakaan. Tidak ada keinginan Istana," kata Daniel, saat mengisi sebuah diskusi di Jakarta.

[caption id="attachment_292254" align="alignleft" width="210" caption="Daniel Sparingga"][/caption]

Awalnya, kisah Daniel, kalangan Istana merasa geli dan tertawa saat mengetahui materi ujian tersebut. "Tapi kemudian ya marah, jengkel. Bagaimana lagu Presiden SBY yang sifatnya privasi dijadikan soal ujian," katanya.

Kalimat yang membuat saya resah adalah “Bagaimana lagu Presiden SBY yang sifatnya privasi dijadikan soal ujian”. Daniel menganggap bahwa lagu-lagu yang diciptakan oleh SBY sifatnya personal, privasi, pribadi atau apalah namanya, yang pasti apapun lagu yang diciptakan oleh SBY itu bukan “perwakilan” dari pemerintah. Atau boleh saya bilang dengan bahasa kasar, bahwa lagu-lagu SBY itu sama sekali tidak ada hubungannya dengan “sistem kenegaraan”, anggap saja lagu itu sebuah karya layaknya lagu keong racun atau yang lainnya.

Sebenarnya Daniel ini sedang menjelaskan “status” lagu itu. Daniel Sparingga adalah Staf Khusus Presiden Bidang Komunikasi Politik, sudah pasti ilmu komunikasi sudah sangat mumpuni. Kalau kecerdasannya dalam bidang komunikasi tidak baik, tentu saja Presiden kita tidak akan menganggatnya sebagai “penasehatnya”.

Akan tetapi saya menilai Daniel kali ini juga kurang tepat dalam memilih alasan untuk mengkomunikasikan suara Istana kepada masyarakat. Saya kurang paham, apakah pernyataan Daniel ini sebagai bentuk “penjilatan” dengan gaya yang lain atau memang dia sedang dalam kondisi belum sempurna ingatannya.

Mari kita tengok ke belakang. Beberapa bulan yang lalu, kita juga dibikin mengerutkan dahi ketika mengetahui di sebuah acara kenegaraan yang dianggap sakral telah di susupi hal-hal yang juga berbau privasi. Tentu masih belum lenyap dalam ingatan kita tentang lagu SBY juga nongol dalam upacara Kemerdekaan, 17 Agustus 2010 di Istana Negara.

Lagu karya Presiden SBY ini dibawakan kelompok Paduan Suara Gita Bahana Nusantara, tepatnya setelah bendera Merah-Putih dikibarkan.

"Mentari Bersinar" dinyanyikan di urutan ketiga oleh kelompok paduan suara membawakan lagu legendaris, "Hari Merdeka" dan "Tanah Tumpah Darahku."

Selanjutnya, di tembang keempat, kelompok paduan suara membawakan medley lagu-lagu Nusantara. Di antaranya, "Ondel-Ondel" dari Jakarta, "Sinanggar Tulo" dari Sumatera Utara, "Janger" dari Bali, "Goro-Goro Ne" dari Maluku, dan "Yamko Rambe Yamko" dari Papua.

Sebagai sajian penutup, paduan suara menyanyikan lagu "Syukur" ciptaan H. Mutahar.

Ditahun sebelumnya (tahun 2009) di acara yang sama juga dinyanyikan lagu lain karya SBY, lagu itu adalah "Kuyakin Sampai di Sana."

Jadi lagu SBY sebenanya sifatnya privasi atau seperti apa? Jika memang pemahaman tentang lagu karya SBY itu masuk keranah privasi, kenapa muncul di acara kenagaraan resmi?

Maaf, tanpa mengurangi rasa hormat saya kepada kreatifitas SBY, namun menurut saya sebagai rakyat kecil ini merasa belum pantas kiranya lagu-lagu karya SBY itu di sejajarkan dengan lagu "Hari Merdeka" dan "Tanah Tumpah Darahku" misalnya.

Kenapa untuk lagu yang masuk soal CPNS dianggap berlebihan oleh Istana, sementara tidak pada Upacara Kemerdekaan kemarin dan tahun lalu? Hanya Tuhan dan Daniel yang tahu. []

-----

Sumber Berita : di sini dan di sini

Sumber Gambar : di sini dan di sini

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun