Mohon tunggu...
Lazuardi Ansori
Lazuardi Ansori Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Lahir dan besar di Lamongan, kemudian belajar hidup di Sulawesi dan Papua...

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Hati dan Pikiran

18 April 2010   02:49 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:44 3425
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Beruntunglah, Tuhan memberikan kita sebuah ‘memory-card’ canggih yang mampu menampung kenangan-kenangan masa silam. Sering saya mencoba membuka ‘file-file’ lama untuk sekedar bernostalgia atau untuk sinau tentang sesuatu hal.

Ada kejadian hari ini yang membuat saya harus mengorek-ngorek ‘file-file’ lama saya. Saya tidak akan menceritakan tentang detail kejadian itu, tapi yang pasti ada sesuatu yang mengganggu pikiran dan perasaan saya. Hanya satu kalimat yang bikin saya harus memeras pikiran dan hati saya untuk menterjemahkannya. Kalimat itu adalah “Tidak Masuk Akal”.

***

Saya teringat kejadian beberapa tahun yang silam. Suatu hari saya sowan ke tempat sahabat (yang sudah saya anggap saudara) saya, dia adalah ‘penjaga masjid’. Tuhan memang Maha-pengatur segala hal, ketika saya sampai di tempat tinggal sahabat saya itu, ternyata disana sudah ada beberapa temannya yang juga ‘penjaga masjid’.

Seingat saya, di tempat itu hanya ada empat orang. Mereka ternyata merencanakan ‘nonton bareng’ di situ. Ketika saya mendapat informasi tentang apa yang akan ditonton, saya langsung males. Tapi mau gimana lagi, saya sudah terlanjur ‘kejebur’ di forum itu. Mereka mau memutar sebuah VCD yang berisi tentang perdebatan antara Islam dengan Kristen. Sebenarnya saya termasuk orang yang amat sangat ‘jijik’ dengan yang beginian, tapi mau gimana lagi? saya pada saat itu tidak mungkin mundur. Saya terus saja disitu dengan harapan ada sesuatu yang baik pada akhirnya.

Saya tidak bisa menceritakan apa yang ada didalam tontonan itu, yang bisa saya tangkap adalah, disana ada beberapa orang yang ‘ngaku’ ulama dan dua orang yang disebutkan disitu sebagai Pendeta. Kalau saya perhatikan dari raut muka orang-orang disekitar saya yang lagi ‘nonton bareng’, mereka sangat antusias, ada yang manggut-manggut sambil mengelus jenggotnya, ada juga gelisah duduknya, dugaan saya pada saat itu, dia sedang kepingin ke kamar kecil, tapi karena yang di tonton sedang seru-serunya dia berusaha setengah mati agar tidak ketinggal sedetikpun dari debat itu.

Dari debat yang durasinya lumayan panjang itu, saya tidak banyak mendapatkan ‘ilmu’, mungkin karena saya tidak paham (ilmu saya masih level bawah), atau mungkin saya sudah terlanjur underestimate. Saya cuma terkesan pada sebuah pernyataan yang diutarakan oleh salah satu pendeta di dialog itu, dia berkata : “Anda tidak akan bisa memahami Injil seperti kami memahaminya, karena kami membacanya (Injil) dengan hati dan iman

***

Saya tidak bernafsu untuk membahas tentang perbedaan Islam dan Kristen, atau tentang orang-orang yang ‘mempelajari’ perbedaan itu. Saya juga tidak akan membicarakan tentang Al-Qur’an ataupun Injil (ilmu saya tidak sampai ke level itu). Karena saya tahu, bahwa pembahasan-pembahasan tentang itu sangat sensitif, bahkan bisa berakibat jelek jika ditafsirkan orang dengan pemikiran yang ‘mentah’.

Seperti saya sebutkan diatas, bahwa rekaman memory tentang perdebatan itu muncul setelah saya diganggu dengan kalimat “Tidak Masuk Akal”. Ya, Akal. Orang-orang yang ‘ngaku’ sebagai ulama di dialog itu mempelajari Injil dengan menggunakan akal (kalaupun ulama itu mempelajari dengan iman, imannya bukan iman kepada Injil), sementara sang Pendeta, mempelajari tidak dengan akal saja, tapi juga hati dan iman (iman kepada Injil). Jadi, sampai kapanpun tidak ada kesimpulan dalam perdebatan itu karena dasar imannya beda, ‘semangatnya’ tidak sama. Dan memang tidak perlu sama. Mempelajari sesuatu itu harus klop antara akal dan imannya.

Dalam perdebatan itu, terkesan ada ‘pemaksaan’ terhadap orang lain untuk memiliki cara pandang yang sama dengan kita, padahal cara pandang itu dipengaruhi tidak hanya logika (akal pikiran), tapi juga rasa (hati). Begitu pula dengan kita (muslim), kalau ‘ngaji’ tentang Allah SWT dengan akal tok, malah bisa membahayakan iman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun