[caption id="attachment_234320" align="alignleft" width="300" caption="sumber gambar : http://static.inilah.com/data/berita/foto/58357.jpg"][/caption]
Aulia Tantowi Pohan ditahan sejak 27 November 2008. Oleh pengadilan dia dinyatakan bersalah dalam kasus pengucuran dana Yayasan Pengembangan Perbankan Indonesia sebesar 100 miliar. Pada sidang di tingkat pertama ia divonis hukuman penjara 4,5 tahun. Di tingkat banding, hukuman dikurangi setengah tahun menjadi empat tahun penjara. Di tingkat kasasi, hukuman dipotong kembali menjadi tiga tahun.
Tanggal 18 Agustus 2010 Aulia Pohan menghirup udara bebas. Terpidana kasus korupsi itu bebas bersyarat setelah remisi enam bulan. Konon kabarnya remesi sebesar itu karena ada campu tangan besannya, Susilo Bambang Yudhoyono. Akan tetapi, Aulia membatah hal itu.
"Saya bebas bukan karena sebagai besan Presiden SBY, melainkan adanya aturan yang memungkinkan seseorang memperoleh remisi," kata Aulia Pohan.
Saya tidak tertarik untuk terlalu jauh apakah perkataan Aulia Pohan itu benar atau salah, silahkan rekan-rekan semua melakukan investigasi sendiri.
Saya cuma tergelitik kalimat Aulia itu. Kenapa jika masalahnya seperti ini, kata ‘besan’ seakan-akan haram untuk dihubung-hubungkan. Sepertinya hubungan besan itu tidak menjadi faktor sedikitpun dalam pengambilan keputusan. Saya tidak mengatakan itu bohong, namun sedikit gemes aja.
Kegemesan saja bersumber pada sejarah penangkapan Aulia sendiri. Dulu, saat kasus ini mencuat dan Aulia Pohan diseret kepenjara, banyak politisi dan intelektual politik yang berada dilingkaran kekuasaan rame-rame berkomentar yang kalau boleh saya rangkum dengan kalimat lain kira-kira begini bunyinya : “Lihatlah, SBY sangat luar biasa komitmennnya terhadap pemberantasan korupsi, besan sendiri saja kalau korupsi tetap diproses”
Waktu penangkapan, kata ‘besan’ teramat sering disebutkan. Kata besan seakan-akan sebuah kata sakti yang bisa digunakan sebagai sebuah senjata. Pencitraan.
Namun entah kenapa saat ini, banyak pihak yang dulunya sering mempergunakan kata besan sebagai senjata, sekarang sebaliknya. Mereka memohon agar kita sebagai penonton drama politik ini jangan lagi menyebut-nyebut kata besan itu dalam wacana pembebasan Aulia Pohan ini.
Bingung deh…. []
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H